Bukit Asam (PTBA) Ekspansi ke Sektor Energi Terbarukan, Cek Rekomendasi Sahamnya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memperluas portofolio energi baru terbarukan (EBT) melalui anak usahanya. Langkah ini dinilai strategis bagi perseroan untuk diversifikasi jangka panjang.

Melalui anak perusahaannya, PT Bukit Energi Investama, PTBA meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Timah Industri berkapasitas 303,1 kWp di Kawasan Industri Cilegon, Banten pada 17 Juni 2025 lalu.

Analis Ina Sekuritas, Arief Machrus mengatakan, proyek kerja sama dengan Krakatau Chandra Energy dan Timah Industri ini meningkatkan kapasitas energi surya terpasang PTBA menjadi 1 MWp.

Menurutnya, langkah ini menjadi tonggak PTBA menuju model bisnis berkelanjutan dan rendah karbon. “Yang mana, hal ini mendukung tujuan energi terbarukan nasional sekaligus menjadi tolok ukur kolaborasi BUMN dalam memperkuat ketahanan energi,” sebut Arief dalam riset 1 Oktober 2025.

Bukit Asam (PTBA) Dibayangi Tantangan Pasar Ekspor, Simak Rekomendasi Sahamnya

Sementara itu, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas mencermati, langkah ekspansi EBT ini belum akan berdampak secara material ke laba perseroan, terutama dalam jangka pendek.

“Namun, langkah ini strategis untuk memperkuat environmental, social, and governance (ESG) profile, akses pembiayaan hijau, dan diversifikasi jangka panjang,” terang Sukarno kepada KONTAN, Senin (20/10/2025).

Senada, Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand melihat, ekspansi ini akan memperkuat pondasi bisnis jangka panjang. Secara finansial, kontribusinya terhadap pendapatan masih terbatas mengingat skala proyek yang relatif kecil dibanding bisnis batubara. Namun secara strategis, lanjut Abida, upaya ini dapat membuka peluang kerja sama baru di bidang energi bersih.

“Dalam jangka panjang, langkah ini diharapkan menjadi pondasi bagi diversifikasi pendapatan yang lebih berkelanjutan,” ujar Abida kepada KONTAN, Senin (20/10/2025).

Ia menambahkan, melalui proyek-proyek PLTS dan pengembangan energi biomassa, PTBA menargetkan hingga 30% pendapatan berasal dari sektor EBT pada tahun 2030.

Volatilitas Harga Batubara Dunia Masih Menekan Prospek Bisnis dan Saham PTBA

Menurut Abida, selain ketahanan bisnis terhadap fluktuasi harga batubara, transisi ini turut meningkatkan minat investor institusional yang berorientasi pada keberlanjutan. 

“Maka dengan strategi ini, PTBA menempatkan dirinya sebagai salah satu BUMN energi yang siap menghadapi pergeseran global menuju ekonomi hijau,” imbuhnya.

Adapun Abida menilai, meski memiliki fundamental solid dan rekam jejak laba yang konsisten, saham PTBA masih relatif murah sehingga masih menarik untuk dilirik. 

Sukarno melanjutkan, ke depan, investor perlu mencermati keberlanjutan proyek EBT perseroan. Selain itu, tren harga batubara global, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), biaya produksi dan logistik, serta risiko cuaca juga perlu dipantau.

Maka itu, hingga akhir tahun, Sukarno merekomendasikan hold PTBA dengan target harga Rp 2.300 – 2.400 per saham. “Terdapat potensi target harga ke Rp 2.600 jika harga batubara rebound,” imbuhnya.

Sementara, Abida merekomendasikan beli PTBA dengan target harga Rp 3.100 per saham. Arief menyarankan add PTBA di target harga Rp Rp 2.640 per saham.