Dampak Buyback Saham BMRI Bagi Investor, Analis: Fundamental Jadi Acuan

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Analis menyebut pembelian kembali (buyback) saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) bisa menjadi angin segar bagi investor. Namun, aspek fundamental tetap menjadi acuan utama.

Analis dari Artha Sekuritas Indonesia, Frederik Rasali berpendapat harga saham Bank Mandiri saat ini masih berada pada valuasi yang cukup rendah. Dengan rasio price to book value (PBV) sebesar 1,57 kali, valuasi saham BMRI tercatat berada di bawah minus satu standard deviation selama lima tahun terakhir.

“Artinya, saham Bank Mandiri sudah cukup terdiskon. Valuasi yang sama ini juga pernah terjadi pada akhir 2021, saat bursa terdampak pandemi Covid-19,” kata Frederik dalam keterangannya, Jumat (28/11/2025).

: Potensi Rebound IHSG Hari Ini (28/11), Cermati Saham ARCI, BMRI, SMBR

Menurutnya, buyback saham memiliki potensi besar untuk memperkuat sentimen positif terhadap emiten perbankan pelat merah tersebut.

Dia menjelaskan, fungsi utama dari aksi buyback saham ini adalah untuk mengakomodasi program Employee Stock Ownership Plan (ESOP) yang tengah berjalan. Dengan mekanisme tersebut, apabila saham ESOP dieksekusi dan kemudian dijual, perseroan dapat langsung membelinya kembali.

: : Mandiri (BMRI) Gelar RUPSLB 19 Desember 2025, Ada Bahas Rombak Pengurus

“Namun, terlepas dari fungsi itu, kepercayaan investor terhadap saham BMRI tentu juga meningkat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Frederik menilai pergerakan saham BMRI selama satu tahun terakhir memang menunjukkan tren menurun, seiring tantangan yang dihadapi sektor perbankan sepanjang 2025 akibat tekanan kondisi ekonomi nasional.

: : Investor Asing Borong Saham Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Neo (BBYB), BBRI hingga BBCA Dilego

“Setelah ekonomi lebih stabil, buyback saham dapat menjadi sinyal positif bagi investor untuk kembali mempercayai kinerja Bank Mandiri,” katanya.

Kendati demikian, Frederik menilai dampak psikologis dari aksi ini cenderung bersifat sementara. Pada akhirnya, investor akan tetap menilai dari sisi fundamental perusahaan, bukan pergerakan harga jangka pendek.

Dia menekankan pentingnya memperhatikan besaran dana dan harga pelaksanaan buyback, karena kedua faktor itu akan menentukan jumlah lembar saham yang dapat dibeli kembali. Pengurangan jumlah saham beredar nantinya berdampak langsung terhadap peningkatan laba per saham (earnings per share/EPS).

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Selasa (21/10/2025), BMRI telah menyetujui program buyback senilai Rp1,17 triliun, sebagaimana diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 25 Maret 2025.

Pelaksanaan buyback akan dilakukan melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) maupun di luar bursa dan diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah RUPS.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.