Rupiah Ditutup Melemah, Dibayangi Ekspektasi Pelonggaran Suku Bunga The Fed

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan pada perdagangan Jumat (28/11/2025), dibayang-bayangi ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 39 poin atau 0,23 persen menuju level Rp16.675 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (28/11/2025). Pada perdagangan sebelumnya, mata uang Garuda berada di level Rp16.636 per dolar AS.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menganalisis beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan rupiah hari ini. Sentimen eksternal terutama terkait sejumlah data ekonomi AS yang perilisannya tertunda dan sejauh ini menunjukkan gambaran beragam mengenai kesehatan ekonomi negara tersebut.

Data nonfarm payroll (NFP) pada September 2025 lebih kuat dari perkiraan, sementara indeks harga produsen (PPI) inti melemah. Pesanan barang tahan lama menunjukkan hasil optimistis, tetapi berlawanan dengan penjualan ritel yang melemah dan meningkatnya tingkat pengangguran.

“Namun meskipun sinyal ekonomi beragam, para pedagang tetap yakin The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada pertemuan Desember. Pasar memperkirakan probabilitas sekitar 85 persen untuk pengurangan suku bunga sebesar 25 basis poin, menurut CME FedWatch Tool,” ujar Ibrahim dalam keterangannya, Jumat (28/11/2025).

Sentimen eksternal lainnya adalah tensi geopolitik di Timur Tengah. Dorongan perdamaian Ukraina yang dipimpin AS menjadi fokus Washington, yang bekerja sama dengan Kyiv untuk merevisi kerangka kerja penyelesaian konflik yang telah berlangsung hampir empat tahun melalui negosiasi. Proposal tersebut, yang dibahas di Jenewa dalam beberapa hari terakhir, dirancang untuk menetapkan jalur bagi jaminan keamanan bertahap dan pengaturan teritorial yang diharapkan pejabat Barat dapat menjadi dasar perundingan lebih luas dengan Moskow.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pekan ini teks AS–Ukraina dapat menjadi dasar perjanjian di masa mendatang. Namun ia menekankan bahwa belum ada draf akhir yang disetujui dan kembali menegaskan bahwa Moskow tidak akan menawarkan konsesi besar. Utusan khusus AS Steve Witkoff diperkirakan akan mengunjungi Moskow pekan depan.

“Kunjungan tersebut, yang menurut Kremlin akan melibatkan pejabat senior AS, dapat menambah tekanan penurunan harga dengan mengurangi risiko pasokan yang dirasakan, meskipun banyak pihak meragukan adanya terobosan dalam waktu dekat,” terangnya.

 

Sentimen Internal

Sementara itu, dari dalam negeri, Ibrahim menilai pelemahan rupiah terjadi seiring pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang mengklaim kebijakan pemindahan dana pemerintah dari Bank Indonesia (BI) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 persen pada kuartal IV 2025.

Dengan target tersebut, optimistis pertumbuhan ekonomi sepanjang Oktober, November, dan Desember tahun ini dapat mencapai kisaran 5,6—5,7 persen, yang juga akan didorong paket stimulus pemerintah. Sejumlah paket stimulus tersebut mencakup diskon tarif tiket transportasi selama periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026 serta penambahan bantuan langsung tunai (BLT).

Pada awal September lalu, Purbaya menyalurkan anggaran negara yang disimpan di BI kepada lima bank milik negara senilai total Rp200 triliun. Rinciannya, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Negara Indonesia (BNI) masing-masing memperoleh likuiditas sebesar Rp55 triliun. Kemudian Bank Tabungan Negara (BTN) Rp25 triliun, dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Rp10 triliun.

Teranyar, Kemenkeu kembali menambahkan likuiditas senilai total Rp7 triliun. Penyaluran dilakukan kepada Bank Mandiri, Bank BNI, dan BRI masing-masing Rp25 triliun. Kemudian Bank DKI memperoleh Rp1 triliun. Secara keseluruhan, total penyaluran mencapai Rp276 triliun.

Berdasarkan berbagai sentimen eksternal dan internal tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah akan melanjutkan tren pelemahan pada perdagangan berikutnya, Senin (1/12/2025). “(Diprediksi) untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.670—Rp16.710 per dolar AS,” tutupnya.