Harga Emas Terus Melambung, Strategi Dollar Cost Averaging Bisa Jadi Pilihan

JAKARTA – Proyeksi cerah menyelimuti pasar emas. Logam mulia ini diperkirakan akan terus bersinar hingga akhir tahun 2025, menawarkan peluang investasi yang menarik. Untuk memaksimalkan potensi keuntungan, strategi dollar cost averaging (DCA) disebut-sebut sebagai pendekatan yang bijak bagi para investor.

Tren kenaikan harga emas global kembali terlihat. Berdasarkan data Bloomberg, harga emas spot dunia tercatat mencapai US$ 3.583,04 per ons troi pada Rabu (3/9) pukul 15:38 WIB. Angka ini menandai lonjakan signifikan setelah sebelumnya sempat menyentuh level US$ 3.545,48 per ons troi pada pukul 09:06 WIB di hari yang sama.

Tak ketinggalan, harga emas Antam di pasar domestik juga menunjukkan performa positif. Pada Rabu (3/9), harga emas Antam melonjak Rp 26.000, mencapai Rp 2.035.000 per gram. Kenaikan serupa juga terjadi pada harga buyback emas Antam yang berada di level Rp 1.882.000 per gram, juga naik Rp 26.000.

Harga Emas Antam Berpotensi Terus Melambung, Kapan Saatnya Jual dan Beli?
Prospek investasi emas semakin menjanjikan. Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan bahwa harga emas spot global berpotensi menyentuh kisaran US$ 3.700 hingga US$ 3.800 per ons troi pada akhir tahun 2025, menyiratkan potensi kenaikan sebesar 6%–8%. Lukman menambahkan, dengan asumsi kurs saat ini, harga emas Antam dapat melonjak hingga Rp 2.157.000 sampai Rp 2.197.000 per gram, ujarnya kepada Kontan pada Rabu (3/9).

Lukman mengamati bahwa meskipun sebagian investor melakukan aksi profit taking atas sekitar 30% dari kepemilikan emas mereka, mayoritas masih memilih untuk menahan asetnya (hold) dan berharap untuk melakukan akumulasi tambahan saat harga emas mengalami koreksi. Ini menunjukkan keyakinan jangka panjang terhadap kinerja emas.

Harga Emas Memperpanjang Rekor Tertinggi, Didorong Permintaan Safe Haven yang Kuat
Di tengah lonjakan harga emas yang memperpanjang rekor tertingginya, didorong oleh kuatnya permintaan sebagai aset safe haven, strategi dollar cost averaging menjadi sangat relevan. Menurut Lukman, saat harga emas berada di titik tertinggi sepanjang masa, ada dilema bagi investor: terlalu tinggi untuk langsung dibeli secara sekaligus, namun juga berpotensi terus melonjak tanpa koreksi signifikan.

Lukman menjelaskan, ketidakpastian mengenai kapan harga emas akan terkoreksi, menguat, atau terkonsolidasi, menjadikan dollar cost averaging sebagai pendekatan yang strategis. Metode ini efektif untuk meminimalkan risiko terjebak membeli pada harga emas yang tinggi, sekaligus membuka peluang untuk akumulasi pada harga yang lebih rendah. Dengan demikian, investor dapat lebih tenang menghadapi fluktuasi pasar.