
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Indeks Bisnis-27 melakukan rebalancing terhadap sejumlah konstituen di dalam indeks. Dari 27 konstituen, tercatat sebanyak 9 saham baru masuk ke dalam indeks hasil kerja sama Bursa dengan Harian Bisnis Indonesia ini.
Melansir keterbukaan informasi Bursa, Senin (27/10/2025), tercatat sebanyak 9 saham dikeluarkan dari anggota konstituen indeks Bisnis-27. Kesembilan saham tersebut antara lain AKRA, BRIS, CPIN, CTRA, ICBP, ISAT, PGAS, SCMA, hingga SIDO.
Rebalancing indeks yang dilakukan setiap 6 bulan itu bertujuan untuk penetapan ulang anggota konstituen indeks, berdasarkan sejumlah pertimbangan. SCMA dan SIDO, misalnya, baru saja masuk sebagai anggota indeks Bisnis-27 pada April 2025 lalu dan kini harus didepak dari konstituen.
: Keluar Indeks LQ45, Saham ARTO Ngegas, BRIS Loyo
Sementara itu, terdapat 9 saham lainnya yang masuk ke dalam indeks. Dari sektor energi, saham PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), PT Alamtri Minerals Indonesia Tbk. (ADMR), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), hingga PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) masuk sebagai anggota konstituen indeks.
Sementara itu, menggantikan ICBP dan CPIN, PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) menjadi pengganti dua konstituen tersebut.
: : Saham BUMI, EMTK, NCKL Tancap Gas Imbas Rebalancing Indeks LQ45
Dari sektor pertambangan nikel, saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) tercatat sebagai anggota konstituen indeks Bisnis-27 yang baru. Terakhir, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) tercatat menjadi anggota baru lainnya.
Portfolio Manager Bahana TCW Investment Management sekaligus anggota komite indeks Bisnis-27, Faradilla Meyriska, menerangkan bahwa pemilihan saham-saham berbasis komoditas sebagai anggota mayoritas indeks Bisnis-27 didasarkan pada peluang pertumbuhan sektor komoditas ke depannya.
: : Indeks Bisnis-27 Dibuka Loyo, Saham MIKA, MAPI, hingga SCMA Masih Bertenaga
Terlebih, Faradilla menilai, pertumbuhan Indonesia sebagai sebuah negara juga masih dikendalikan oleh pertumbuhan ekonomi dari sektor komoditas.
“Karena source of growth ini masih fokus dari komoditas, maka kami masih melihat bahwa komoditas masih menjadi growth of source yang utama. Dan kami harapkan memang dengan pemilihan pada rebalancing period kali ini bisa membuat Bisnis-27 tetap menjadi indeks yang unggul,” katanya kepada Bisnis, dikutip Selasa (28/10/2025).
Selain itu, di tengah lesunya saham-saham perbankan, indeks Bisnis-27 juga masih memasukkan sejumlah saham perbankan besar di dalam konstituen indeksnya. Beberapa nama besar seperti BBCA, BBRI, BBNI, hingga BMRI masih menjadi penentu arah indeks ke depan, terutama karena memiliki bobot yang besar.
Untuk hal itu, Faradilla tidak menutup mata terhadap lemahnya kinerja saham perbankan. BBCA misalnya, sepanjang tahun berjalan 2025, harga sahamnya masih terkoreksi 13,70% YtD atau BMRI yang harga sahamnya masih terkoreksi 21,40% YtD. Meskipun begitu, harapan membaiknya kinerja saham perbankan melalui dividen menjadi katalis saham perbankan selama 6 bulan ke depan.
“Tapi di 6 bulan ke depan, kami memang mengharapkan dividen period ini menjadi katalis terbesar untuk Bisnis-27 dari sektor perbankan,” katanya.
Nantinya, periode efektif konstituen indeks Bisnis-27 akan berlaku sejak tanggal 3 November 2025–30 April 2026.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.