Kinerja SMRA Bakal Ditopang Penjualan Lahan di Bali, Cek Rekomendasi Sahamnya

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) berpotensi ditopang oleh penjualan lahan di Bali kepada PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA). Penjualan ini dilakukan melalui anak usaha SMRA, Bukit Permai Properti (BPP).

Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Kevin Halim mencermati, lahan seluas 19 hektare tersebut berlokasi dekat Alila Uluwatu dengan kontur tanah datar, jalan yang aksesibel, serta dekat dengan pantai.

“Dengan lokasi strategis, kami menilai SMRA tidak akan menjual rugi,” katanya dalam riset 17 Oktober 2025.

Ditambah, ia melihat, harga pasar di sekitar area tersebut  berkisar Rp 3 juta sampai Rp 10 juta per meter persegi, memberi potensi nilai Rp 600 miliar – Rp 2 triliun.

Simak Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA) yang Ditopang Peluncuran Proyek

Penjualan lahan yang ditargetkan selesai 31 Desember 2025 ini, kata Kevin, akan membuka nilai dari aset non-inti yang menganggur, serta memperkuat neraca perusahaan.

Memang, langkah ini jadi sandaran perseroan untuk memperbaiki neraca. Pasalnya, SMRA menghadapi komitmen kas yang meningkat pasca akuisisi lahan seluas 125 hektare di Serpong senilai Rp 2,3 triliun yang dibayar dalam 4 tahap, masing-masing Rp 568 miliar per tahun.

“Dengan belanja modal rutin sekitar Rp 1 triliun sampai Rp 1,5 triliun, EBITDA sekitar Rp 3 triliun kemungkinan tidak sepenuhnya menutupi capex, pembayaran lahan Serpong, dan beban bunga,” jelas Kevin.

Summarecon Agung (SMRA) Tarik Modal Summarecon Investment Property Rp 300 Miliar

Senada, Fundamental Analyst BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand pun mencermati, penjualan lahan non-inti ini merupakan strategi asset recycling untuk memperkuat likuiditas, serta menurunkan leverage.

  SMRA Chart by TradingView  

Ia mengatakan, dana hasil divestasi akan membantu SMRA menghindari kebutuhan berutang baru hingga Rp 1,5 triliun, yang sebelumnya direncanakan untuk ekspansi lahan di Serpong.

Dengan demikian, berkat penjualan lahan di Bali, Abida melihat SMRA berpotensi memperoleh ruang finansial yang lebih sehat.

“SMRA dapat menekan biaya bunga, serta meningkatkan efisiensi alokasi modal ke proyek township dengan return on investment (ROI) tinggi,” jelasnya kepada Kontan, Selasa (28/10).

Perluas Ekspansi, Summarecon Agung (SMRA) Dirikan Perusahaan Baru hingga Beli Tanah

Abida pun memperkirakan, langkah ini dapat menaikkan proyeksi laba bersih tahun fiskal 2025-2026 sebesar 1%-12%.

Oleh karena itu, Abida merekomendasikan beli SMRA dengan bidikan harga Rp 800 per saham. Kevin juga menyarankan beli SMRA dengan target harga Rp 640 per saham.