
Ussindonesia.co.id , GIANYAR – Komposisi kepemilikan aset di pasar saham saat ini menunjukkan tren yang berbalik, dari yang mulanya didominasi oleh investor asing kini dikuasai oleh investor domestik Tanah Air.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) hingga 7 November 2025, jumlah investor di pasar modal tercatat sebanyak 19,32 juta dengan komposisi investor lokal 99,77% dan investor asing 0,23%. Adapun, komposisi investor domestik bertambah dari posisi pada 2021 yang sebesar 99,60% dari total investor 7,48 juta dan investor asing 0,40%.
Sementara dari sisi komposisi aset pasar modal yang mencapai sekitar Rp10.689,97 triliun saat ini, investor domestik menggenggam sebesar 62,77% atau relatif naik dari posisi 62,52% pada 2021. Sementara itu, aset investor asing saat ini 37,23% berkurang dari sebelumnya 37,48%.
Adapun, dalam lima tahun terakhir ini porsi terbesar yang dicatat investor asing adalah pada 2024, yakni 40,70% dari total aset saat itu Rp8.740,68 triliun.
: BEI Jemput Bola ke Investor Institusi untuk Masuk ke Pasar Saham
Direktur Utama KSEI Samsul Hidayat memaparkan tren kepemilikan aset investor di pasar modal sudah berbalik setidaknya dalam 5-10 tahun terakhir.
“Di sisi aset, kalau dulu itu domestik hanya 30%–40% dan asingnya 60%. Kalau sekarang, sejak 2021 angka itu sudah bergerak berbalik, bahwa lokal lebih menguasai aset di pasar modal kita dibanding asing,” ujar Samsul dalam forum Workshop Capital Market di Bali beberapa waktu lalu.
Samsul mengakui kekuatan investor domestik menjadi kelebihan pasar modal RI saat ini. Namun demikian, dia menyoroti realitas di pasar bahwa data tersebut bisa saja menunjukkan investor lokal yang terlalu agresif maupun pertumbuhan investor asing yang stagnan.
“Dan tidak tahu juga, apakah ini kelebihan kita dengan keagresifan investor lokal, ataukah memang asingnya yang tidak bertumbuh. Jadi ini PR juga bagi kita, bahwa harusnya dua-duanya bergerak tumbuh,” ujarnya.
Samsul mengatakan, upaya untuk meningkatkan keterlibatan investor asing dan domestik agar keduanya bertumbuh telah menjadi perhatian self regulatory organization (SRO) pasar modal Indonesia, yakni KSEI, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk menarik minat investor asing seperti peluncuran produk Indonesia–Singapore Unsponsored Depository Receipts (Unsponsored DR) linkage dengan saham blue chip sebagai underlying asset pada Oktober 2025 lalu. Melalui DR tersebut, investor di Singapura dapat dengan mudah mengakses efek-efek yang tercatat di Indonesia menggunakan broker lokal mereka.
“Mungkin ini juga akan meningkatkan kepemilikan asing di pasar modal kita,” ujar Samsul.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengatakan bahwa meskipun secara year-to-date neraca transaksi pasar saham masih mencatatkan net sell, investor asing kini mulai masuk kembali. Hal itu terbukti dari torehan net buy asing sebesar Rp12,9 triliun sepanjang Oktober 2025.
Indikator lainnya, transaksi investor institusi asing juga meningkat dari Rp4,94 triliun pada September menjadi Rp5,93 triliun pada Oktober 2025. Dari data ini, Iman menyangkal anggapan bahwa pasar saham Indonesia kini tidak menarik minat investor asing.
“Jadi menurut saya ini menandakan bahwa dominasi asing memang sudah tidak signifikan lagi secara total. Hanya sekitar 38%, hampir 40%. Tetapi mereka tetap melihat Indonesia sebagai salah satu pilihan investasi,” tandas Iman.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.