Prospek Saham Migas Grup Bakrie (ENGR) dari Samuel Sekuritas Saat Investasi EBT Terhambat

Ussindonesia.co.id JAKARTA – Kinerja emiten Grup Bakrie di sektor migas, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) dinilai memiliki peluang bertumbuh di tengah tantangan yang dihadapi sektor energi baru terbarukan (EBT) berupa investasi yang mahal. Hal ini membuat kebutuhan energi berbahan bakar fosil ke depan tetap tinggi.

Riset Juan Harahap dan Fadhlan Banny dari Samuel Sekuritas memaparkan energi terbarukan masih jauh lebih mahal dibandingkan energi fosil. Dalam satu dekade terakhir, meskipun telah dilakukan investasi bernilai miliaran dolar pada energi terbarukan, efisiensi investasi terhadap listrik yang dihasilkan belum menunjukkan pengurangan biaya yang signifikan. 

“Kami menilai perusahaan minyak dan gas seperti ENRG akan menikmati fundamental yang lebih kuat didukung oleh peningkatan penggunaan bahan bakar fosil dalam jangka lebih panjang seiring tantangan yang dihadapi energi terbarukan ke depan,” tulis riset tersebut, dikutip Selasa (5/8/2025).

: Saham Lo Kheng Hong di Atas 5% dan Broker yang Digunakan, Sumbang Kekayaan Rp1,39 Triliun

Mulanya, sejak 2015 belanja modal global di sektor hulu minyak dan gas baik untuk eksplorasi maupun produksi menurun tajam, terutama disebabkan oleh harga minyak yang jatuh pada kurun 2014-2015 dan tekanan komitmen implementasi environmental, social and governance (ESG). Bahkan, International Energy Agency (IEA) memproyeksi investasi global di sektor hulu migas turun dari sekitar US$700 miliar pada 2014, menjadi rata-rata US$450 miliar per tahun sepanjang 2015 sampai 2025.

Energi Mega Persada Tbk. – TradingView

Di saat yang sama, negara-negara di seluruh dunia secara agresif meningkatkan investasi mereka di energi terbarukan, dengan compound annual growth rate (CAGR) 2015–2023 sebesar 9,8%, mencapai US$619 miliar pada 2023. Perubahan preferensi menuju energi terbarukan ini telah memicu pengetatan struktural pada kapasitas produksi cadangan serta penurunan laju penemuan cadangan baru.

: : Saham Emiten Hapsoro (MINA) Lompat Ratusan Persen, Berujung Suspensi BEI

“Berdasarkan pengecekan kami, ladang minyak dan gas yang sudah mature mengalami penurunan produksi alami sebesar 5% per tahun jika tidak didukung oleh belanja modal yang cukup untuk reinvestasi. Hal ini menyebabkan pasokan global kesulitan mengejar permintaan yang tetap kuat,” tulis riset tersebut.

Dalam perkembangannya, melakukan transisi energi dari fosil ke EBT memerlukan investasi yang terlalu besar.  Meskipun belanja untuk bisnis energi terbarukan telah tumbuh dengan CAGR sebesar 11% dari 2015 hingga 2025, investasi pada infrastruktur jaringan dan penyimpanan tertinggal jauh, hanya tumbuh 4% CAGR dalam periode yang sama. 

: : Antam (ANTM) Tarik Utang Rp8,18 Triliun dari BTPN Hingga DBS di Tengah Lonjakan Harga Emas

Hasil riset Samuel Sekuritas menunjukkan investasi jaringan dan penyimpanan per kapasitas terus menurun, mencapai US$10,8 miliar per GWh pada 2024, dan diperkirakan akan turun lebih lanjut menjadi US$9,7 miliar per GWh pada 2025.

Seiring adanya sentimen positif eksternal ini, ENGR dinilai gencar melakukan aksi korporasi yang mendongkrak fundamental perusahaan. ENGR akan mengeksekusi blok migas di Malacca Strait di Riau melalui anak usahanya PT Imbang Tata Alam. Selanjutnya, dalam upaya pengembangan blok migas itu, ENRG menjalankan aksi korporas lewat penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement sebanyak-banyaknya 2,48 miliar saham dengan potensi dana yang akan didapat mencapai Rp595,7 miliar.

Sebanyak 70% dana hasil PMTHMETD akan disalurkan kepada Imbang Tata Alam dalam bentuk pinjaman untuk kegiatan pengeboran. Sementara 30% sisanya akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja anak usaha lainnya, termasuk pengadaan barang dan jasa non-pengeboran. 

Dari sisi neraca keuangan, Samuel Sekuritas memperkirakan aksi korporasi tersebut akan membuat ENRG mencatat perbaikan yang tercermin dari penurunan rasio net gearing pada akhir 2025 menjadi 48,2%, dibandingkan rasio net gearing sebelum aksi korporasi 59,3%.

Sebelumnya, ENGR telah menambah partisipasi interes di KKS Blok Kangean sebesar 25%. ENRG menandatangani perjanjian jual beli untuk mengakuisisi tambahan 25% partisipasi interes di KKS blok Kangean dari Japan Petroleum Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Secara bersamaan, ENGR juga mendivestasikan 50% kepemilikannya di Blok Gebang kepada Japex. Dengan begitu, perusahaan akan menjadi pengendali tunggal di Kangean.

Riset memproyeksi bahwa blok Kangean, sebagai kontributor terbesar kedua di ENRG, akan meningkatkan produksi hampir delapan kali lipat pada 2031 menjadi 324 MMSCFD melalui 15 pengeboran baru. 

Sementara itu, divestasi Gebang membuka efisiensi modal sembari tetap menjaga eksposur terhadap cadangan sebesar 874 BCF, dengan produksi gas yang diharapkan dimulai pada 2027 dan peningkatan produksi tiga kali lipat pada tahun 2035. 

“Kami memproyeksikan produksi minyak dan gas ENRG akan tumbuh dengan CAGR masing-masing 2,9% dan 24,8% selama 2026–2031. Hal ini mendorong pertumbuhan pendapatan dan laba bersih dengan CAGR masing-masing 18% dan 22% dalam periode yang sama,” tulis riset tersebut.

Adapun emiten migas saat ini dihadapkan dengan merosotnya harga minyak dunia. Tercatat tambang yang dijuluki emas hitam dunia itu telah jatuh pada level terendah dalam sepekan. Dalam penutupan perdagangan Senin (4/8/2025), harga minyak mentah Brent turun 91 sen atau 1,3% menjadi US$68,76 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS turun $1,04 atau 1,5% menjadi US$66,29 per barel.

Dalam kaitannya dengan ENGR, Samuel Sekuritas menilai fundamental perusahaan cenderung lebih kebal karena penjualan minyak hanya menyumbang sekitar 35% dari total pendapatan.

“Dengan setiap perubahan berkisar 1,0% pada harga minyak, hanya berdampak sekitar sekitar 1,8% terhadap laba,” ulas riset tersebut.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.