Ussindonesia.co.id Indeks-indeks utama Wall Street mengalami pelemahan signifikan pada perdagangan Jumat (29/8/2025), sebuah koreksi yang utamanya dipicu oleh anjloknya saham-saham teknologi. Kekhawatiran pasar diperparah oleh rilis data inflasi yang, meskipun sesuai ekspektasi, tetap membayangi keputusan Federal Reserve, ditambah lagi dengan dampak berakhirnya kebijakan bebas tarif impor di Amerika Serikat yang berpotensi menekan harga barang lebih lanjut.
Melansir laporan Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average terpangkas 45,36 poin atau 0,10% menuju level 45.591,54. Sementara itu, S&P 500 terkoreksi 20,03 poin atau 0,30% ke 6.482,34, dan indeks padat teknologi Nasdaq Composite tergelincir 134,63 poin atau 0,62% ke 21.570,53.
Departemen Perdagangan AS mengumumkan bahwa Indeks Harga Belanja Konsumen Pribadi (PCE), yang merupakan indikator inflasi pilihan The Federal Reserve, menunjukkan kenaikan 2,6% pada Juli secara tahunan. Angka ini memang selaras dengan proyeksi pasar, namun perlu dicatat bahwa nilainya masih di atas target inflasi The Fed sebesar 2%. Selain itu, berakhirnya kebijakan bebas tarif untuk paket impor di bawah US$800 pada Jumat turut menambah beban biaya bagi para pelaku usaha dan konsumen, menciptakan tekanan tambahan pada harga.
Meskipun terjadi peningkatan tekanan harga, pasar masih melihat peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed tetap terbuka lebar. Data yang dihimpun LSEG menunjukkan bahwa para pelaku pasar mayoritas memperkirakan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed tanggal 17 September mendatang. Art Hogan, Chief Market Strategist B Riley Wealth, berkomentar, “Data hari ini memberikan ruang bagi The Fed untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga di bulan September.” Ia juga menambahkan bahwa fokus bank sentral kini kemungkinan besar akan bergeser untuk menopang stabilitas pasar tenaga kerja.
Secara individual, saham-saham teknologi menjadi penekan utama yang signifikan. Dell Technologies anjlok tajam 14,4% dan Marvell Technology merosot 6,4%, setelah proyeksi kinerja kuartalan keduanya meleset dari perkiraan analis. Raksasa chip Nvidia juga tidak luput dari tekanan, turun 2,7% sehari setelah CEO Jensen Huang menyampaikan pandangan hati-hati mengenai pasar Tiongkok, meskipun secara bersamaan ia juga menekankan prospek permintaan yang kuat untuk chip kecerdasan buatan (AI).
Di sektor lain, Caterpillar, yang kerap dianggap sebagai barometer kesehatan ekonomi global, kehilangan 3,1% nilainya setelah memperkirakan adanya kenaikan biaya operasional akibat dampak tarif. Berbeda nasib, saham Autodesk justru melonjak 11,2% usai perusahaan menaikkan proyeksi kinerja tahunannya, memberikan secercah optimisme di tengah volatilitas pasar. Ke depan, perhatian pasar akan tertuju pada rilis laporan ketenagakerjaan nonfarm payrolls yang dijadwalkan pekan depan, serta menunggu hasil sidang pengadilan yang mempertimbangkan upaya Presiden Donald Trump untuk memberhentikan Gubernur The Fed, Lisa Cook.