Bursa Efek Indonesia (BEI) memberikan penjelasan mengenai penurunan signifikan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana (IPO) atau melantai di bursa sejak tahun 2023. Direktur Utama BEI, Iman Rachman, secara tegas menyatakan bahwa fenomena ini bukan hasil dari kebijakan bursa, melainkan cerminan dari berkurangnya jumlah perusahaan yang memenuhi syarat atau eligible untuk melangsungkan IPO. Ini menyoroti tantangan dalam menarik emiten baru ke pasar modal.
Iman Rachman memaparkan, tahun 2023 menjadi puncak sejarah dengan 79 perusahaan melakukan IPO. Namun, tren ini berbalik drastis pada tahun 2024 dengan hanya 41 perusahaan yang melantai. Bahkan, hingga 7 November 2025, angka tersebut baru mencapai 24 perusahaan, jauh di bawah target BEI sebanyak 45 perusahaan untuk tahun ini. “Kalau kita lihat bahwa hari ini target 45 baru 24 (tahun ini), nah itulah kondisi saat ini perusahaan-perusahaan yang eligible,” tegas Iman, merujuk pada realita bahwa jumlah perusahaan yang layak untuk masuk ke bursa memang semakin terbatas. Iman juga menambahkan, BEI memiliki target internal yang kuat, bukan semata-mata mengejar angka, melainkan juga berfokus pada kualitas.
Iman menjelaskan bahwa BEI tidak memiliki kewenangan untuk memaksakan suatu perusahaan untuk melaksanakan IPO. Proses krusial ini sepenuhnya bergantung pada kesiapan internal calon emiten itu sendiri, ditambah dengan hasil penilaian komprehensif dari penjamin emisi dan persetujuan regulator. Ini menunjukkan pentingnya fondasi yang kuat sebelum perusahaan memutuskan untuk go public dan melantai di bursa.
Lebih lanjut, Iman menegaskan bahwa Bursa Efek Indonesia tidak semata-mata mengincar kuantitas emiten. Tujuan strategis bursa juga mencakup menarik perusahaan besar atau yang disebut “lighthouse” untuk masuk ke pasar. Kehadiran perusahaan-perusahaan skala besar ini diharapkan mampu memperkuat struktur pasar modal Indonesia secara signifikan. “Jadi jangan salah paham yang kecil-kecil nggak usah, nggak kayak gitu, tetapi lighthouse-nya menjadi juga target tambahan di samping tadi terhadap jumlah,” jelas Iman, mengklarifikasi bahwa target ini adalah pelengkap, bukan pengganti bagi perusahaan-perusahaan dengan kapitalisasi lebih kecil.