Hari Ketiga Pencarian Korban Longsor Cilacap: 6 Meninggal, 17 Masih Hilang

Tim Search and Rescue (SAR) gabungan berhasil membuat terobosan signifikan dalam pencarian korban tanah longsor di Desa Cibeunying, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Pada hari ketiga operasi, Sabtu (15/11), tiga korban lagi ditemukan, menambah total jumlah korban meninggal menjadi enam. Sebanyak 17 warga lainnya masih dalam pencarian intensif setelah bencana yang melanda wilayah tersebut.

Bencana tanah longsor ini terjadi pada Kamis (13/11) sekitar pukul 19.00 WIB, menimbun rumah-rumah warga di Dusun Tarukahan dan Dusun Cibuyut. Berdasarkan pendataan awal, musibah ini mengakibatkan 46 korban, dengan rincian 23 selamat, dua meninggal dunia di awal kejadian, dan 21 orang dinyatakan hilang. Tiga warga, yakni Maya, Haryanto, dan Andi, mengalami luka-luka dan saat ini sedang menjalani perawatan di RSUD Majenang.

Ketiga korban yang baru ditemukan pada hari Sabtu tersebut teridentifikasi sebagai Muhammad Hafiz (6), yang ditemukan pada pukul 10.06 WIB; Nurisnaini (30), ditemukan pada pukul 10.44 WIB; dan Asmanto (70), yang berhasil dievakuasi pada pukul 11.37 WIB. Seluruhnya ditemukan di titik yang sama, yakni worksite A2, yang menjadi fokus utama tim SAR.

Deputi Penanganan Darurat BNPB, Mayjen TNI Budi Irawan, menyatakan apresiasinya atas upaya tim di lapangan. “Alhamdulillah, kita kembali menemukan tiga jenazah sehingga tersisa 17 korban lagi,” ujarnya dalam konferensi pers di Desa Cibeunying. Ia menambahkan bahwa upaya maksimal sedang dilakukan, termasuk penambahan alat berat dari dua unit menjadi tujuh unit pada hari itu, dengan target penambahan hingga 12 unit untuk mempercepat proses pencarian.

Medan pencarian menghadapi tantangan berat. Para korban tertimbun material longsor sedalam 3 hingga 8 meter, menjadikan proses penggalian sangat kompleks. Penambahan alat berat, seperti ekskavator, dinilai krusial tidak hanya untuk mempercepat evakuasi tetapi juga untuk memperluas cakupan area pencarian di tengah kondisi geografis yang sulit.

Mayjen Budi Irawan juga menyampaikan harapan agar cuaca mendukung proses evakuasi. Ia menegaskan bahwa seluruh kebutuhan dasar warga terdampak sudah terpenuhi, sejalan dengan arahan Presiden agar penanganan korban dilakukan secara tuntas, mencakup tidak hanya pencarian tetapi juga penyediaan hunian sementara bagi warga yang rumahnya tidak lagi layak huni.

Baca juga:

  • India Perketat Regulasi Privasi Data, Batasi Big Tech Serap Informasi Pengguna
  • Bos Garuda Tunda Pengadaan 3 Pesawat Baru, Fokus Perbaiki Armada dan Efisiensi
  • Gerakan Nasional Cerdas Keuangan Telah Menjangkau 200 Juta Peserta

Pencarian Korban Longsor

Kepala Kantor SAR Cilacap, Muhammad Abdullah, menjelaskan bahwa operasi pencarian korban longsor telah dibagi menjadi dua sektor utama: Sektor A, yang mencakup tiga worksite (A1, A2, dan A3), serta Sektor B, yang terdiri atas B1 dan B2. Fokus utama tim pada hari itu berada di worksite A2, tempat ketiga korban ditemukan.

Ia menekankan bahwa proses evakuasi sangat bergantung pada penggunaan ekskavator karena tebalnya material longsor dan kondisi tanah yang masih labil. Setelah berhasil dievakuasi, seluruh jenazah langsung dibawa ke RSUD Majenang untuk proses identifikasi lanjutan oleh tim medis.

Operasi SAR ini mendapat dukungan penuh dari berbagai unsur, menunjukkan sinergi kuat antarinstansi. Anjing pelacak dari TNI, Polri, dan Basarnas; pompa alkon; alat berat dari BNPB; serta personel potensi SAR dan berbagai instansi pemerintah bahu-membahu dalam upaya penyelamatan. Koordinasi yang solid ini menjadi kunci dalam menghadapi skala bencana yang terjadi.

Muhammad Abdullah menegaskan komitmen tim SAR gabungan untuk melanjutkan pencarian. “Tim SAR gabungan masih terus melanjutkan pencarian di titik-titik yang sudah dipetakan. Kami akan bekerja sampai seluruh korban ditemukan,” ujarnya. Pencarian korban akan terus dilanjutkan selama cuaca dan kondisi medan memungkinkan, dengan prioritas utama untuk mempercepat penemuan korban yang masih hilang.

Dampak longsor tidak hanya menelan korban jiwa, tetapi juga menyebabkan kerusakan masif. Sebanyak 12 rumah hancur, 16 rumah lainnya terancam, dan area permukiman seluas 6,5 hektare tertimbun material. Selain itu, terjadi penurunan tanah sedalam 2 meter dan retakan sepanjang 25 meter, menambah kompleksitas penanganan pascabencana.

Hingga Sabtu pukul 12.00 WIB, dengan ditemukannya tiga korban tambahan, total enam korban telah ditemukan meninggal dunia. Dengan demikian, masih ada 17 warga yang berstatus dalam pencarian, dan tim SAR gabungan terus berpacu dengan waktu untuk menemukan mereka.