Bitcoin Bertahan di Atas USD 115.000, Pasar Kripto Masih Tertahan Jelang Pidato The Fed

Ussindonesia.co.id – Pasar aset kripto global sedang menghadapi tekanan koreksi setelah mencatat reli besar sejak awal tahun. Pada perdagangan Selasa (19/8), kapitalisasi pasar kripto global turun USD 75 miliar dan kini berada di angka USD 3,86 triliun (sekitar Rp 62.918 triliun).

Bitcoin (BTC), sebagai aset kripto terbesar, memang sempat turun namun masih bertahan di atas level psikologis USD 115.000 atau sekitar Rp 1,87 miliar per keping.

Ethereum (ETH) juga mencatat pelemahan, terkoreksi 3,8 persen dalam 24 jam terakhir ke USD 4.322 (sekitar Rp 70,4 juta). Meski begitu, dalam sepekan, ETH masih tumbuh 2,6 persen.

Penyebab pelemahan ini tidak berdiri sendiri. Ada sejumlah faktor makro yang mempengaruhi. Di Amerika Serikat, para pelaku pasar bersikap hati-hati menjelang Simposium Jackson Hole yang digelar Kamis pekan ini.

Ketua The Fed Jerome Powell diprediksi akan menyampaikan arah kebijakan suku bunga berikutnya di tengah tekanan inflasi yang masih tinggi. Ketidakpastian ini membuat aset berisiko seperti kripto rentan terkoreksi.

Di saat yang sama, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) juga menunda keputusan atas tiga proposal ETF kripto, termasuk dari NYSE Arca, 21Shares, dan Bitwise. Penundaan ini memperpanjang daftar ketidakpastian regulasi yang membayangi pasar, khususnya bagi investor ritel.

Sementara itu di Asia, langkah berani dilakukan perusahaan konstruksi asal Jepang, LibWork Co. Mereka mengumumkan pembelian Bitcoin senilai 500 juta yen atau sekitar USD 3,4 juta (sekitar Rp 55,4 miliar) sebagai bagian dari strategi lindung nilai terhadap inflasi.

Pembelian akan dilakukan bertahap dalam beberapa bulan ke depan. Langkah ini menjadi penanda penting adopsi Bitcoin sebagai aset treasury di kawasan Asia.

Menurut laporan Coindesk, institusi masih menunjukkan keyakinan terhadap masa depan kripto. Strategi Inc., misalnya, kembali membeli 430 BTC senilai lebih dari USD 49 juta. VanEck bahkan tetap memproyeksikan harga BTC bisa mencapai USD 180.000 pada akhir tahun.

Namun di sisi lain, minat investor ritel masih tertahan. Volume pencarian kripto memang menyentuh level tertinggi dalam empat tahun terakhir, tapi aksi beli belum seiring.

Analis dari Enflux menggambarkan kondisi saat ini sebagai tarik-menarik antara keyakinan jangka panjang institusi dengan kehati-hatian jangka pendek investor ritel. “Pasar tetap didukung secara struktural dari atas, namun secara taktis masih defensif hingga pidato Powell,” tulis mereka.

Di sisi teknikal, BTC sempat menyentuh level terendah harian USD 114.993 dan tertinggi USD 117.620. Jika pasar gagal mempertahankan USD 115.000 sebagai support, koreksi bisa berlanjut ke USD 112.526 (sekitar Rp 1,84 miliar). Sebaliknya, jika mampu menembus kembali ke atas USD 117.261, target ke USD 120.000 bisa kembali dibidik.

Altcoin Tersungkur, PUMP Anjlok 15 Persen

Altcoin juga terkena dampak koreksi. Salah satu yang paling terpukul adalah Pump.fun (PUMP), yang anjlok 15 persen ke USD 0,003074. RSI PUMP juga melemah di bawah level netral 50, mengindikasikan tekanan jual masih dominan. Jika tidak mampu bertahan di support USD 0,002921, harga bisa terjun ke USD 0,002428.

Menariknya, di tengah penurunan ini, analis seperti Wimar.X justru memprediksi altseason terbesar dalam sejarah akan segera tiba. Menurutnya, altseason biasanya terjadi sekitar 380 hari setelah Bitcoin Halving. Dengan Halving terakhir terjadi April 2024, maka altseason diperkirakan mulai sekitar Mei 2025.

Wimar.X menyebut tanda-tanda klasik sudah mulai muncul, seperti turunnya dominasi Bitcoin (BTC.D) dari 65,4% menjadi 63,7%. Penurunan dominasi ini biasanya menandai perpindahan arus modal ke altcoin. Dia bahkan optimistis kapitalisasi pasar altcoin bisa menembus USD 15 triliun di siklus ini.

Namun, data Altcoin Season Index justru menunjukkan angka terendah di tahun ini, yaitu 13 dari 100. Artinya, hanya sedikit altcoin yang mengungguli performa Bitcoin dalam 90 hari terakhir. Meski sempat naik menjadi 18, level ini masih jauh dari angka 75 yang menjadi ambang batas altseason.

Apakah prediksi altseason akan tetap terbukti seperti pola historis sebelumnya? Atau kali ini investor harus lebih bersabar menunggu momen breakout?