
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia berkomitmen terlibat dalam pendalaman pasar modal nasional, termasuk di instrumen saham. Manajemen membeberkan sejumlah kriteria saham yang bakal dibeli Danantara untuk berinvestasi.
Managing Director Treasury Danantara Ali Setiawan menegaskan, pihaknya tidak akan masuk ke saham-saham gorengan atau saham-saham dengan price improvement (PI) luar biasa, alias yang kenaikannya terlalu agresif.
“Pasti kita assess dengan kriteria kita. Jadi kalau saham itu, kita lihat return on equity-nya, PI-nya, dividen yield-nya, market cap, profitability-nya, dan likuiditas hariannya,” kata Ali di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (28/11/2025).
: Danantara Beri Kisi-Kisi Patriot Bond II hingga Rilis Obligasi Global
Sementara untuk instrumen obligasi, Ali mengatakan Danantara akan memprioritaskan obligasi pemerintah (SBN) dan mayoritas akan dipegang sampai jatuh tempo (hold till maturity). Itu pun, Danantara akan memilih seri SBN yang likuid, yang biasanya seri baru yang diterbitkan negara.
Adapun, bila harus membeli seri yang off the run, atau seri SBN yang lama dan sudah tidak menjadi seri acuan (benchmark) lagi, Danantara akan mempertimbangkan apakah harga obligasi tersebut menawarkan kompensasi berupa yield yang tinggi.
: : Danantara Hadapi 90 Pemain Tender Kampung Haji Makkah
Ali menambahkan, dalam strategi diversifikasi risiko, atau dari sisi risk adjusted untuk mencari imbal hasil yang bagus, Danantara Indonesia mau tidak mau harus mengalokasikan investasi di pasar modal luar negeri, dan ini sudah lazim dilakukan oleh sovereign wealth fund di dunia.
“Kalau asset class-nya sudah pasti di Indonesia kan boring banget kan, cuma ada apa? Fixed income, corporate and govies [obligasi pemerintah dan obligasi korporasi], corporate-nya tidak likuid,” tandasnya.
: : Bos Indika Energy (INDY) Ungkap Alasan Beli Patriot Bond Danantara Rp300 Miliar
Pada kesempatan ini Ali juga menanggapi ihwal rencana kerja sama Danantara dengan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk membuat indeks saham baru. Menurutnya, hal yang lebih substansial adalah bagaimana upaya untuk melakukan pendalaman pasar.
Ali membandingkan dari kontribusi emiten yang terdaftar di BEI dalam indeks MSCI, yang bahkan ketika ketentuan free float baru MSCI diterapkan, persentasenya bisa turun di bawah 1%. Angka itu jauh lebih kecil dibanding India yang sudah 18-20%, atau China yang sudah 30%.
Sempitnya ruang investasi itu juga yang membatasi Danantara di pasar saham. “Istilahnya kalau kita lihat average harian, likuiditas itu sangat kecil sehingga opsinya bagi kita itu sangat limited,” sambungnya.
Ihwal berapa besar dana yang telah digelontorkan Danantara di pasar modal domestik, termasuk pembagian pada kelas aset saham atau obligasi, Ali belum bisa bicara. Dia juga membantah soal angka Rp16 triliun yang akan masuk ke pasar saham akhir tahun ini.
“Tadi Rp16 triliun saya akan bilang enggak, enggak benar. Kalau misalnya bilang sudah masuk apa? Ya nanti kita pasti berkontribusi. Kita akan play a part to support and contribute to local financial market. Tapi, saya tidak bisa bilang mau beli berapa, mau beli siapa, dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.