Ditutup Melemah, Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah di Pekan Depan

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan berat di pasar spot pada perdagangan Jumat (22/8/2025), menutup hari dengan pelemahan signifikan. Mata uang Garuda ini ditutup anjlok 0,38% ke level Rp 16.351 per dolar Amerika Serikat (AS), menempatkannya sebagai yang terlemah di Asia pada hari tersebut.

Tren pelemahan ini sejalan dengan pergerakan di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), di mana rupiah juga terpantau merosot 0,35% secara harian, mencapai Rp 16.340 per dolar AS.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa rupiah dan mayoritas mata uang regional lainnya kompak melemah terhadap dolar AS di akhir pekan. Kondisi ini utamanya dipicu oleh penguatan dolar AS, didorong oleh antisipasi pasar terhadap pidato yang berpotensi hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, dalam simposium Jackson Hole yang dijadwalkan pada hari yang sama.

Secara internal, rupiah juga masih dibayangi oleh beban dari rekor defisit transaksi berjalan yang merupakan catatan terburuk sejak tahun 2020. Faktor-faktor ini, ditambah dengan rebound kuat pada dolar AS yang didorong oleh pernyataan hawkish dari sejumlah pejabat The Fed serta data ekonomi AS yang lebih solid dari perkiraan, telah memberikan tekanan berkelanjutan pada nilai tukar rupiah sepanjang sepekan terakhir.

Menatap prospek pekan depan, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah masih memiliki potensi untuk melemah. “Apabila Powell memberikan pidato yang hawkish seperti yang diperkirakan, maka rupiah akan semakin tertekan. Sebaliknya, jika sikap dovish muncul, hal itu berpotensi membenamkan dolar AS dan melambungkan nilai tukar rupiah,” ujar Lukman pada Jumat (22/8/2025). Ia memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 16.200 – Rp 16.550 per dolar AS.

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede. Ia mengamati bahwa mayoritas mata uang Asia turut mengalami pelemahan akibat sikap wait-and-see pelaku pasar menjelang pidato krusial Powell pada malam hari tersebut. Situasi ini menciptakan sentimen risk-off yang pada gilirannya mendorong penguatan signifikan pada indeks Dolar AS.

Sebelumnya, data ketenagakerjaan AS untuk Juli 2025 yang lebih lemah dari ekspektasi sempat membangkitkan harapan akan pemangkasan suku bunga yang agresif oleh The Fed. Namun, pernyataan hati-hati dari beberapa pejabat The Fed serta data yang menunjukkan tekanan inflasi yang persisten telah membuat pasar kembali bersikap waspada dan memudarkan ekspektasi tersebut. Untuk perdagangan pekan depan, Josua memproyeksikan rupiah akan bergerak dalam kisaran yang lebih ketat, yakni Rp 16.275 – Rp 16.425 per dolar AS.