Ussindonesia.co.id, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) mengambil langkah yang semakin progresif dalam mendukung agenda pemerintah. Bank sentral bahkan menyatakan komitmen penuh (all out) untuk memacu pertumbuhan ekonomi, meskipun menjaga stabilitas nilai tukar rupiah tetap menjadi prioritas utama.
Menurut Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, Bank Indonesia akan terus hadir di pasar valuta asing untuk memastikan stabilitas nilai tukar. Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) No.8/2025 tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) dinilai positif karena meningkatkan pasokan dolar di pasar keuangan domestik.
Regulasi tersebut mewajibkan eksportir untuk menyimpan 100% devisa hasil ekspornya di dalam negeri selama 12 bulan, sehingga memperkuat likuiditas valuta asing dalam negeri.
Baca Juga: Bank Indonesia Pangkas BI Rate Lagi, Obligasi Pemerintah (SBN) Pesta Cuan
“Tingkat konversi sudah mencapai sekitar 87%, artinya para eksportir membawa dolar mereka dan menukarkannya ke Rupiah. Kami juga merasakan dampaknya di pasar, di mana pasokan dolar semakin membaik,” jelas Destry secara virtual, Kamis (18/9/2025).
Indikasi membaiknya suplai dolar juga tercermin dari peningkatan penempatan dana pada instrumen Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Baca Juga: Breaking: Bank Indonesia Turunkan BI Rate jadi 4,75%
Total dana investor asing yang ditempatkan di SVBI mencapai US$4,4 miliar, sementara investasi di SUVBI juga mengalami peningkatan signifikan dari US$100 juta menjadi US$522 juta.
Lebih lanjut, Destry menyoroti perkembangan positif dalam transaksi local currency transaction (LCT) yang mencapai US$16,4 miliar pada Agustus 2025, meningkat dibandingkan total US$12,5 miliar sepanjang tahun 2024.
Baca Juga: Maybank Indonesia dan Nanobank Syariah Sepakat Realisasikan Transaksi SRIA
Destry optimis bahwa potensi LCT akan semakin meningkat dalam tiga bulan mendatang sebelum akhir tahun. Hal ini diharapkan dapat menyeimbangkan mata uang di pasar.
“Sebagai regulator, kami akan terus melakukan intervensi sesuai kebutuhan untuk menstabilkan nilai tukar, melalui spot DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) dan bahkan masuk ke pasar SBN jika diperlukan,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa kebijakan moneter akan difokuskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
Perry menilai bahwa pertumbuhan ekonomi domestik saat ini masih berada di bawah potensi kapasitas nasional. Oleh karena itu, menurutnya, permintaan domestik perlu didorong. “Bank Indonesia, melalui sinergi, telah mengeluarkan semua kebijakan (all out) yang pro pertumbuhan (pro growth) dengan tetap menjaga stabilitas,” pungkas Perry.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) berkomitmen penuh memacu pertumbuhan ekonomi sambil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Implementasi PP No.8/2025 tentang DHE SDA dinilai positif karena meningkatkan pasokan dolar, dengan tingkat konversi mencapai 87% dan peningkatan penempatan dana pada SVBI dan SUVBI.
BI akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing dan SBN jika diperlukan untuk stabilisasi nilai tukar. Selain itu, transaksi local currency transaction (LCT) menunjukkan perkembangan positif, mencapai US$16,4 miliar pada Agustus 2025. Kebijakan moneter BI akan difokuskan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik yang dinilai masih di bawah potensi.