Ussindonesia.co.id JAKARTA. Pasar emas global dan domestik menunjukkan dinamika yang berlawanan arah hari ini. Setelah sempat melemah, harga emas dunia kembali menguat signifikan. Namun, anomali terjadi pada harga emas batangan Aneka Tambang (Antam) yang justru mengalami koreksi tajam, berlawanan dengan tren positif di kancah internasional.
Berdasarkan data Trading Economics pada Rabu (22/10/2025) pukul 13.55 WIB, harga emas spot tercatat melonjak 0,83% mencapai level US$ 4.158 per ons troi. Kenaikan ini terjadi setelah sehari sebelumnya, tepatnya Selasa (21/10), emas dunia sempat tergelincir ke US$ 4.116 per ons troi. Penurunan tersebut mengikuti rekor tertinggi yang dicapai pada Senin (20/10) di angka US$ 4.372 per ons troi.
Situasi berbeda drastis terlihat di pasar domestik. Harga emas Antam tercatat anjlok Rp 177.000, sehingga kini berada di posisi Rp2.310.000 per gram. Penurunan drastis ini sontak memicu pertanyaan di kalangan investor mengenai prospek investasi emas di Indonesia.
Menganalisis pergerakan ini, Tiffani Safinia, Research & Development ICDX, menjelaskan bahwa koreksi harga emas di awal pekan dipicu oleh aksi ambil untung atau profit taking. Fenomena ini lumrah terjadi setelah harga emas menyentuh rekor tertinggi di akhir pekan lalu, mendorong investor merealisasikan keuntungan.
Lebih lanjut, Tiffani menambahkan bahwa penguatan dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat turut menekan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Penguatan mata uang Negeri Paman Sam tersebut terjadi menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengindikasikan bahwa tarif penuh terhadap Tiongkok tidak akan berlangsung lama. Pernyataan ini berhasil meredakan ketegangan dagang, sehingga mendorong investor kembali melirik aset-aset berisiko.
Cadangan Emas Italia Tembus Rp4.974 Triliun, Terbesar ke-3 di Dunia
Dalam jangka pendek, pasar kini menanti arah kebijakan suku bunga The Fed menjelang pertemuan bulan Oktober. Tiffani menyebutkan, peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin telah mencapai 99%, dengan potensi pelonggaran lebih lanjut yang diproyeksikan terjadi pada Desember. Kebijakan otoritas moneter AS ini akan menjadi penentu utama pergerakan dolar AS dan harga emas.
Selain itu, data inflasi konsumen (CPI) AS yang dijadwalkan rilis akhir pekan ini juga akan menjadi katalisator penting. Data ini berpotensi memengaruhi pergerakan dolar AS serta imbal hasil obligasi AS, yang pada gilirannya akan berdampak pada daya tarik emas.
Emas Cetak Rekor Baru di Atas US$4.200, Didorong Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS
Meskipun sempat terkoreksi, Tiffani tetap optimistis terhadap prospek emas hingga akhir tahun 2025. Ia menekankan bahwa tren suku bunga yang cenderung menurun dan risiko pelemahan dolar AS menjadi faktor pendukung utama yang akan mendorong kenaikan harga emas di masa depan.
Untuk para investor, Tiffani menyarankan agar terus memantau pergerakan harga emas secara bertahap. Ia menilai, fase koreksi yang terjadi saat ini dapat dimanfaatkan sebagai momentum yang tepat untuk mengevaluasi kembali posisi investasi emas dalam portofolio.
Dalam perspektif jangka panjang, emas tetap krusial sebagai instrumen diversifikasi portofolio. Terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global dan potensi pelemahan dolar AS pada paruh kedua tahun ini, emas menawarkan perlindungan nilai yang berharga. Tiffani memproyeksikan bahwa harga emas berpotensi bergerak di kisaran US$ 4.300–US$ 4.450 per ons troi pada akhir tahun 2025.
7 Tempat Resmi Beli Emas Antam Asli, Cek Mana Saja
Ringkasan
Harga emas dunia mengalami kenaikan signifikan setelah sempat melemah, sementara harga emas Antam justru mengalami penurunan tajam sebesar Rp 177.000 menjadi Rp2.310.000 per gram. Koreksi harga emas di awal pekan dipicu oleh aksi ambil untung setelah mencapai rekor tertinggi, serta penguatan dolar AS yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Prospek emas hingga akhir tahun 2025 masih positif didukung oleh tren suku bunga yang menurun dan potensi pelemahan dolar AS. Investor disarankan untuk memantau pergerakan harga emas dan memanfaatkan koreksi sebagai momentum evaluasi investasi, mengingat emas tetap krusial sebagai diversifikasi portofolio di tengah ketidakpastian ekonomi global.