IHSG Terbang! Rebalancing MSCI Dorong IHSG Dekati 8.000? Cek Faktanya!

Sentimen rebalancing indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) kini mulai mendominasi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pasar modal Indonesia. Pengaruh ini semakin terasa setelah MSCI secara resmi mengumumkan hasil rebalancing indeks untuk periode Agustus 2025.

Berdasarkan data dari Bloomberg, IHSG menunjukkan performa gemilang dengan melonjak 2,12% ke level 7.767,14 pada Selasa (12/8/2025) pukul 14:18 WIB. Dalam sesi perdagangan hari ini, IHSG bahkan sempat mencapai level tertinggi di 7.774,05 dan level terendah 7.646,91, menandakan respons positif pasar terhadap sentimen global tersebut.

Pendorong utama lonjakan ini adalah masuknya dua saham konglomerat raksasa Indonesia, yang bergerak di sektor batu bara, ke dalam acuan dunia, yakni MSCI Global Standard Index. Keputusan MSCI ini menjadi sorotan utama bagi para investor dan pelaku pasar.

Kedua perusahaan yang berhasil menembus indeks prestisius tersebut adalah holding multimedia sekaligus tambang batu bara milik grup Sinar Mas, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), serta emiten tambang milik Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN). Di sisi lain, MSCI melakukan pergeseran pada saham tambang batu bara yang dikendalikan oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), yang kini bergeser ke MSCI Small Cap Index.

Masuknya DSSA dan CUAN ke indeks global ini bukanlah tanpa alasan. Keduanya memang telah memberikan keuntungan fantastis ribuan persen bagi para investor dalam beberapa waktu terakhir. Ambil contoh saham DSSA, yang memulai perjalanan pasca-suspensi panjang pada level sekitar Rp9.000-an di tahun 2021.

Sejak saat itu, harga saham DSSA terus mencetak rekor, mencapai puncaknya di level Rp280.000 per lembar pada Juli 2024, menjadikannya salah satu saham termahal di bursa. Setelahnya, perusahaan melakukan pemecahan nilai saham atau stock split dengan rasio 1:10. Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu (8/8/2025), harga saham DSSA bertengger pada level Rp78.600 atau setara Rp786.500 per lembar jika tanpa stock split. Capaian impresif ini berarti pemegang saham DSSA telah menikmati kenaikan sebesar 8.633,33% sejak tahun 2021.

Sementara itu, saham CUAN juga menorehkan kinerja cemerlang, didominasi oleh kepemilikan mayoritas Prajogo Pangestu, yang dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi Forbes Real-Time Billionaires. Ia menggenggam 95,52 miliar saham atau 84,96% dari total saham. Sisanya, sekitar 16,87 miliar saham atau 15%, dikuasai oleh investor publik.

Lebih detail, mayoritas investor publik berasal dari kalangan investor asing, dengan kepemilikan 13,93 miliar saham. Dari jumlah tersebut, 8,71 miliar saham dikuasai oleh investor dari bank asing, dan 4,09 miliar saham dipegang oleh korporasi asing. Meskipun kepemilikan sahamnya terkonsentrasi, kinerja saham CUAN berhasil menarik perhatian investor berkat potensi capital gain yang solid.

Sejak melakukan Penawaran Umum Perdana (IPO) pada Maret 2023 di harga Rp220, saham CUAN terus mendaki hingga mencapai level Rp14.400 pada 31 Januari 2025. Pada Juli lalu, perusahaan juga melakukan pemecahan nilai saham 1:10. Setelah stock split, saham CUAN menyentuh level penutupan tertinggi di harga Rp1.655, atau setara Rp16.550 jika tidak dipecah. Kondisi ini memberikan keuntungan sebesar 7.422,72% bagi investor yang turut serta sejak IPO.

Menanggapi fenomena ini, Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menilai bahwa inklusi DSSA dan CUAN ke dalam MSCI berpotensi memicu aliran dana masuk yang signifikan dari passive fund global, yang memang mereplikasi indeks tersebut. “Berdasarkan historis kasus serupa, saham yang masuk ke MSCI Global Standard rata-rata mengalami kenaikan volume dan harga pada 1 hingga 2 pekan menjelang effective date, seiring dengan aksi front-running oleh investor ritel dan aktif fund,” jelas Liza kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).

Namun, Liza juga menambahkan bahwa pergerakan saham akan cenderung volatil menjelang tanggal efektif karena dipengaruhi oleh aksi ambil untung. Catatan dari Kiwoom menunjukkan bahwa investor asing telah membukukan net buy di seluruh pasar dengan nilai Rp1,65 triliun selama tiga hari terakhir, terhitung dari 6 hingga 8 Agustus 2025.

Menurut Liza, fenomena rebalancing kali ini mencerminkan adanya rotasi struktural pada sektor energi dan pertambangan di Indonesia. Pergeseran ini tidak hanya berpotensi memicu realokasi dana asing di sektor energi, tetapi juga menata ulang kepemilikan pada subsektor batu bara, gas, dan energi baru terbarukan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berikut ringkasan hasil rebalancing indeks MSCI periode Agustus 2025:

MSCI Global Standard Indexes

Additions : DSSA, CUAN

Deletions : ADRO

MSCI Small Cap Indexes

Additions : AADI, ADRO, KPIG, PTRO, RATU, TAPG

Deletions : MBMA, PNLF

MSCI Micro Cap Indexes

Additions : –

Deletions : –

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

Rebalancing indeks MSCI mendorong IHSG melonjak, mencapai level 7.767,14. Kenaikan ini dipicu masuknya saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) ke MSCI Global Standard Index, sementara PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) bergeser ke MSCI Small Cap Index.

DSSA dan CUAN mencatatkan pertumbuhan signifikan, menarik perhatian investor global. Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata, menyatakan inklusi ini berpotensi memicu aliran dana masuk dari passive fund global, meskipun pergerakan saham bisa volatil menjelang tanggal efektif rebalancing.