Menkeu AS: Target inflasi The Fed 2% perlu dikaji ulang

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Menteri Keuangan Amerika Serikat Scott Bessent membuka peluang untuk meninjau ulang target inflasi Federal Reserve sebesar 2% setelah laju kenaikan harga berhasil diturunkan secara berkelanjutan ke level tersebut.

Melansir Bloomberg pada Rabu (24/12/2025) Bessent menyatakan, pembahasan perubahan target inflasi baru relevan dilakukan setelah inflasi kembali terkendali dan kredibilitas kebijakan moneter terjaga.

“Begitu kita kembali ke level 2%—yang menurut saya akan segera terlihat—barulah kita bisa berdiskusi, apakah lebih bijak menetapkan rentang target. Setelah target kembali terjangkar, kita bisa membicarakan soal rentang,” ujar Bessent dalam wawancara di All-In Podcast.

: Harga Emas Hari Ini Turun, Terpengaruh Data Inflasi AS

Dalam wawancara yang diunggah pada 22 Desember tersebut, Bessent menyebut rentang target inflasi potensial bisa berada di kisaran 1,5%–2,5% atau 1%–3%. Menurutnya, terdapat ruang diskusi yang cukup luas mengenai pendekatan tersebut.

The Fed secara resmi mengadopsi target inflasi 2% pada 2012, sejalan dengan kebijakan banyak bank sentral global. Namun, Bessent menilai ketepatan hingga satuan desimal dalam kebijakan inflasi tidak realistis. 

: : Wall Street Ditutup Menghijau, Investor Cermati Data Inflasi AS

Meski demikian, dia menegaskan perubahan target di tengah inflasi yang masih di atas sasaran berisiko menimbulkan persepsi bahwa otoritas moneter akan selalu melonggarkan target ketika inflasi melampaui batas.

Wawancara itu dilakukan setelah rilis indeks harga konsumen (CPI) November pada 18 Desember yang menunjukkan inflasi tahunan sebesar 2,7%. The Fed sendiri lebih mengandalkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditures/PCE), yang tercatat naik 2,8% dalam 12 bulan hingga September, berdasarkan data terbaru.

: : Inflasi AS Turun di Bawah Ekspektasi, Beban Biaya Hidup Masih Tinggi

“Sulit untuk kembali menjangkar ekspektasi inflasi sebelum target tercapai dan kredibilitas terjaga,” ujar Bessent. 

Dia juga mengakui adanya kekhawatiran rumah tangga terkait keterjangkauan biaya hidup, yang menurutnya tercermin dalam pemilihan sela pada November yang diwarnai kekalahan Partai Republik.

Bessent menegaskan pemerintah memahami tekanan yang dirasakan masyarakat AS. Dia menilai lonjakan harga dalam beberapa tahun terakhir dipicu oleh kebijakan pemerintahan sebelumnya, meski inflasi kini mulai melandai, salah satunya berkat penurunan biaya sewa.

Menurutnya, lonjakan sewa sebelumnya turut dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah imigran tidak berdokumen.

Menanggapi pandangan sebagian ekonom yang menilai data CPI terbaru berpotensi terdistorsi akibat penutupan pemerintahan pada Oktober hingga awal November, Bessent menyatakan angka tersebut relatif akurat. Meski beberapa komponen seperti energi sempat naik, data waktu nyata menunjukkan tekanan harga mulai mereda.

Selain itu, Bessent menilai stabilisasi defisit anggaran dapat menjadi argumen untuk tingkat suku bunga yang lebih rendah. Dia mencontohkan Jerman sebelum era euro, ketika bank sentral Bundesbank menurunkan suku bunga dengan imbalan komitmen pemerintah menjaga keseimbangan fiskal yang wajar.

“Pendekatan seperti itu juga bisa diterapkan di sini,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa sebelum Perang Dunia II, Departemen Keuangan AS memiliki peran langsung dalam pengambilan keputusan The Fed.

Menurut Bessent, menurunkan dan menstabilkan defisit anggaran akan berkontribusi terhadap proses disinflasi.

Bessent, yang saat ini terlibat dalam proses seleksi calon pengganti Ketua The Fed Jerome Powell di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, kembali mengkritik kebijakan bank sentral yang dinilainya terlalu lama dan terlalu besar dalam memperluas neraca pasca-pandemi Covid-19.

Dia mengakui pembelian aset skala besar merupakan bagian dari perangkat kebijakan bank sentral dan mendukung penggunaan kewenangan darurat The Fed untuk menyelamatkan sektor strategis saat krisis. Namun, terkait kebijakan pelonggaran kuantitatif secara luas, Bessent menilai durasinya terlalu lama.