MTEL Flat di Q4 2025: Analisis dan Faktor Penentu Kinerja Mitratel

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) berhasil mencatat kinerja positif sepanjang semester I – 2025. Namun, prospeknya sedikit berbeda menjelang akhir tahun, di mana kinerja MTEL pada kuartal IV – 2025 diproyeksikan cenderung stagnan. Sentimen ini terutama disebabkan oleh melambatnya laju industri telekomunikasi secara keseluruhan.

Menurut Harry Su, Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, kinerja MTEL diperkirakan akan membaik signifikan pada tahun 2026. Pemulihan ekonomi nasional diharapkan dapat mendorong peningkatan ARPU (pendapatan rata-rata per pengguna), yang pada gilirannya akan memperbaiki profitabilitas operator telekomunikasi. Kondisi ini krusial untuk memacu ekspansi jaringan dan meningkatkan permintaan akan menara telekomunikasi. Kendati demikian, untuk kuartal IV – 2025, Harry Su memperkirakan pertumbuhan pendapatan MTEL hanya sekitar 2%, imbas dari kelesuan industri telekomunikasi dan adanya kenaikan churn rate pascamerger XLSmart.

Harry Su juga mengamati bahwa daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya turut menahan pertumbuhan ARPU, sehingga menekan profitabilitas perusahaan telko dan menghambat permintaan menara. Ini diperparah oleh efek churn rate dari merger XLSmart. Oleh karena itu, investor perlu mencermati beberapa sentimen utama yang dapat memengaruhi kinerja MTEL hingga akhir tahun, meliputi pemulihan daya beli, kenaikan ARPU, ekspansi operator telekomunikasi, dan stabilisasi churn rate XLSmart yang lebih rendah dari perkiraan. Secara umum, ia memproyeksikan pertumbuhan industri menara telekomunikasi akan cenderung datar dalam waktu dekat.

Simak Rekomendasi Saham Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) dari Analis Berikut

Berbeda dengan pandangan jangka pendek, Edo Ardiansyah, Analis Philip Capital, justru memproyeksikan pertumbuhan berkelanjutan bagi industri menara telekomunikasi sepanjang tahun fiskal 2025. Menurutnya, konsolidasi yang terus terjadi di antara operator jaringan seluler (MNO) akan memacu strategi efisiensi biaya dan mendorong inisiatif berbagi jaringan. Selain itu, adopsi teknologi generasi kelima (5G), sel kecil, Internet of Things (IoT), akses nirkabel tetap (FWA), dan komputasi tepi (edge computing) diprediksi akan semakin meningkatkan permintaan akan infrastruktur menara dan jaringan serat optik.

Dalam menghadapi dinamika pasar ini, MTEL siap memanfaatkan peluang melalui rencana ekspansi yang ambisius dan komitmen kuat terhadap efisiensi operasional guna menjaga profitabilitas. Edo menjelaskan, sejalan dengan tren tersebut, pendapatan dari segmen FTTT (Fiber-to-the-Tower) diperkirakan melesat 18,7% secara tahunan (year-on-year) pada tahun fiskal 2025, mencapai Rp 576,8 miliar. Angka ini didukung oleh target ambisius manajemen untuk membangun jaringan serat optik sepanjang 10.000 km.

Tak hanya itu, segmen penyewaan menara telekomunikasi juga diproyeksikan mencatatkan pertumbuhan signifikan dengan penambahan 2.511 penyewa baru. Hal ini akan mendorong pendapatan sewa menara naik 4,2% secara tahunan menjadi Rp 7,9 triliun. Dengan alokasi belanja modal (Capex) sebesar Rp 3,3 triliun, Dayamitra Telekomunikasi optimistis mampu mempertahankan pertumbuhan pendapatan dan EBITDA yang kuat, sekaligus memperkokoh posisinya sebagai pemain strategis dalam ekosistem digital Indonesia.

Dayamitra Telekomunikasi (MTEL) Siapkan Dana Rp 1 Triliun untuk Buyback Saham

MTEL Chart by TradingView

Berdasarkan analisisnya, Edo memproyeksikan pendapatan MTEL pada tahun 2025 dapat mencapai Rp 9,63 triliun, dengan laba bersih menembus Rp 2,29 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dari capaian tahun 2024, di mana MTEL membukukan pendapatan sebesar Rp 9,31 triliun dan laba bersih Rp 2,11 triliun.

Dengan mempertimbangkan prospek tersebut, kedua analis memberikan rekomendasi saham “Buy” untuk MTEL. Harry Su menetapkan target harga Rp 650 per saham MTEL, sementara Edo Ardiansyah lebih optimistis dengan target harga Rp 730 per saham MTEL. Namun, investor tetap perlu mencermati beberapa risiko kunci, termasuk ketergantungan tinggi pada operator jaringan seluler (MNO) besar, ketidakpastian makroekonomi dan regulasi, potensi disrupsi teknologi, volatilitas suku bunga, serta tantangan dalam mengintegrasikan akuisisi berskala besar.

Ringkasan

Kinerja MTEL pada semester I 2025 positif, namun diperkirakan stagnan di kuartal IV 2025 karena melambatnya industri telekomunikasi. Pemulihan ekonomi di 2026 diharapkan meningkatkan ARPU dan profitabilitas operator, memicu ekspansi jaringan dan permintaan menara. Analis Samuel Sekuritas memperkirakan pertumbuhan pendapatan MTEL hanya sekitar 2% di kuartal IV, dipengaruhi kelesuan industri dan kenaikan churn rate pascamerger XLSmart.

Analis Philip Capital memproyeksikan pertumbuhan berkelanjutan industri menara telekomunikasi sepanjang 2025, didorong konsolidasi MNO dan adopsi teknologi 5G. MTEL berencana ekspansi dan efisiensi operasional. Segmen FTTT diprediksi meningkat, didukung target pembangunan jaringan serat optik. Kedua analis memberikan rekomendasi saham “Buy” untuk MTEL dengan target harga yang berbeda, tetapi investor perlu mencermati risiko-risiko yang ada.