Proyek infrastruktur jadi katalis, begini prospek kinerja Semen Indonesia (SMGR)

Ussindonesia.co.id – JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatat penurunan kinerja sepanjang Januari – September 2025. Faktor permintaan menjadi salah satu katalis penentu kinerja SMGR ke depannya. 

SMGR membukukan pendapatan Rp 25,30 triliun, menurun 3,76% secara year on year. Laba bersih SMGR juga anjlok 84,04% yoy menjadi Rp 114,83 miliar. 

Abida Massi Armand, Analis BRI Danareksa Sekuritas mengatakan, prospek kinerja SMGR pada awal tahun 2026 diproyeksikan akan mengalami pemulihan bertahap yang didorong oleh percepatan penyaluran fiskal serta realisasi anggaran pemerintah yang baru. 

Telkom (TLKM) Resmi Teken Akta Spin Off Aset Fiber Optik Tahap 1 ke Infranexia

Meskipun laba bersih sempat tertekan pada periode sebelumnya, kehadiran Danantara Asset Management sebagai pemegang saham utama diharapkan mampu merestrukturisasi model bisnis untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan secara signifikan.

Abida menyebut sentimen positif yang perlu dicermati mencakup proyeksi pemangkasan suku bunga BI Rate sebesar 25 basis poin pada awal tahun 2026. Pemangkasan suku bunga ini diharapkan dapat menggairahkan sektor properti dan menurunkan beban bunga korporasi. 

“Implementasi program pembangunan tiga juta rumah oleh pemerintah yang dijadwalkan mulai berjalan efektif pada awal 2026 menjadi katalis volume penjualan yang sangat signifikan bagi industri semen,” ucap Abida kepada Kontan, Kamis (18/12/2025). 

Selain itu, Abida mengatakan, adopsi produk semen hijau bersertifikasi Green Label membuka peluang ekspansi ke pasar ekspor yang lebih luas seiring dengan meningkatnya standar keberlanjutan global.

Abida melihat terdapat potensi peningkatan permintaan semen yang besar pada awal tahun 2026. Terutama dari program pembangunan tiga juta rumah yang diperkirakan mampu menyerap hingga 15 juta ton semen per tahun. 

Sementara proyek infrastruktur strategis nasional lainnya, akan menjadi motor penggerak permintaan semen curah dalam jangka menengah. 

“Penggunaan inovasi beton berpori dan bata interlock presisi yang efisien juga diproyeksikan akan meningkatkan penetrasi produk SMGR dalam proyek-proyek perumahan rakyat tersebut,” terang Abida. 

Eka Rahmawati, Analis Binaartha Sekuritas mengungkapkan penjualan semen domestik SMGR menurun 2,0% YoY menjadi 3,04 juta ton pada Oktober 2025 di tengah permintaan yang lesu. Sementara volume ekspor turun 27,2% yoy menjadi 370.964 ton. Total penjualan grup pada Oktober mengalami kontraksi 3,0% yoy menjadi 3,59 juta ton. 

“Untuk Januari–Oktober 2025, penjualan domestik SMGR turun 5,7% yoy menjadi 24,41 juta ton, sementara ekspor tetap kuat, meningkat 19,4% yoy menjadi 5,41 juta ton. Total penjualan grup menurun 1,9% yoy menjadi 31,04 juta ton,” jelas Eka dalam risetnya pada 3 Desember 2025. 

Eka mencatat harga jual rata-rata (ASP) menunjukkan peningkatan pada kuartal III – 2025, khususnya pada segmen merek pesaing dan ekspor. Sementara ASP semen sak tetap stabil, didukung oleh penetapan harga yang lebih baik. 

“Mengingat lingkungan permintaan saat ini dan penundaan yang sedang berlangsung dalam pelaksanaan proyek, penjualan semen pada kuartal IV-2025 diperkirakan akan mengikuti tren yang serupa dengan kuartal III-2025,” kata Eka.  

Permintaan Semen Menurun, Simak Rekomendasi Saham Semen Indonesia (SMGR)

Kepala Riset Ina Sekuritas, Arief Machrus mengatakan, penjualan ekspor SMGR meningkat 26% secara tahunan, meskipun operasi di Vietnam, Thang Long Cement Company (TLCC) tetap lemah. Merek utama menyumbang 75% dari penjualan semen kemasan, dengan merek pesaing sebesar 25%. Ini mencerminkan strategi saluran dan penetapan harga yang seimbang. 

Adapun, untuk sembilan bulan pertama tahun 2025, total pendapatan turun 4% secara tahunan menjadi Rp 25,3 triliun karena permintaan domestik yang lemah. Kontribusi itu didapat dari pendapatan semen turun 3% menjadi Rp 22,6 triliun dan bisnis non-semen/lainnya menurun 11%.

Rata-rata penjualan bulanan naik dari 2,25 juta ton pada kuartal II – 2025 menjadi 2,82 juta ton pada kuartal III – 2025, pangsa pasar meningkat menjadi 46,8%, dan margin operasi membaik menjadi 3,5%. 

“Prospek jangka pendek SMGR berhati-hati, dengan permintaan domestik yang lemah hingga tahun 2025 dan pemulihan moderat hingga naik 1% pada tahun 2026 didukung oleh pengeluaran infrastruktur yang lebih tinggi,” ucap Arief. 

Arief memproyeksikan, kenaikan harga dan fokus ritel membantu pendapatan, sementara biaya bahan bakar/logistik yang tinggi dan kerugian TLCC Vietnam membatasi profitabilitas 

Eka memproyeksikan pendapatan dan laba bersih SMGR tahun 2025 masing-masing Rp 34,17 triliun dan Rp 318 miliar. Adapun pada tahun 2024 SMGR mengantongi pendapatan Rp 36,19 triliun dan laba bersih Rp 720 miliar. 

Eka dan Abida merekomendasikan buy saham SMGR dengan target harga masing-masing Rp 3.300 per saham dan Rp 3.000 per saham. Sedangkan Arief merekomendasikan netral saham SMGR dengan target harga Rp 2.900 per saham.