
Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) tahun ini mengalami penurunan.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, mengatakan fenomena ini sejalan dengan tren global di mana banyak bursa dunia mengalami penurunan jumlah perusahaan tercatat. Meski demikian, RI masih menunjukkan pertumbuhan positif.
“Sementara di tempat lain itu malah turun, yang menarik di Bursa Efek Indonesia adalah dari sisi jumlah, memang kita akui turun, namun ingat dari sisi average fundraising-nya meningkat. Lighthouse IPO yang kategori sizeble IPO itu meningkat,” kata Nyoman saat ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/11).
Pada awal 2025, BEI sempat menargetkan sebanyak 66 perusahaan bisa melantai di bursa lewat IPO. Namun, dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Oktober lalu, target tersebut direvisi menjadi 45 perusahaan.
Sebagai perbandingan, pada 2024 lalu realisasi IPO tercatat mencapai sekitar 40 perusahaan, atau setara 65 persen dari target 62 perusahaan yang ditetapkan tahun sebelumnya.
Meski target jumlah IPO disesuaikan, BEI menilai kualitas dan skala emiten baru tahun ini pun disebut meningkat.
“Kemarin saya sampaikan bahwa kita target 5, saat ini limanya sudah tercapai di bulan November ini. Ada 3 tambahan lighthouse yang tadi saya sampaikan. Artinya apa? Kita lihat yang sizable IPO,” ucap Nyoman.
Nyoman menilai peningkatan jumlah lighthouse IPO mencerminkan pendalaman pasar (market deepening) dan peningkatan kepercayaan investor global terhadap pasar modal Indonesia.

“Nah, hal ini yang kita harapkan nanti memperkuat market deppening dan meningkatkan kepercayaan global. Karena perusahaan-perusahaan besar mungkin menjadi bagian dari konstituen indeks internasional,” ujarnya.
Selain itu, total penghimpunan dana dari seluruh efek sepanjang tahun ini tercatat mencapai Rp 202,6 triliun. Angka tersebut mencakup emisi saham, obligasi, dan instrumen pasar modal lainnya yang diterbitkan sepanjang 2025.
Nyoman melanjutkan, pertumbuhan pasar modal Tanah Air juga terlihat dari sisi investor yang naik hampir 30 persen, serta indeks harga saham gabungan (IHSG) yang stabil di level 8.000.
“Supply side, IHSG, demand side dari si investor tetap bertumbuh dalam kondisi yang dinamis kita tumbuh 30 persen dibandingkan tahunan lalu. Berarti antar supply side, demand side itu harmonis bergerak, itu yang kita harapkan nanti memperkuat kepercayaan kita bahwa pasar kita bertumbuh di kondisi yang dinamis seperti ini,” ujar dia.