BI: Ketidakpastian Global Tinggi, Investor Waspada!

Yogyakarta, IDN Times – Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI), Juli Budi Winantya, menegaskan bahwa kondisi pasar keuangan global masih diselimuti ketidakpastian mendalam. Hal ini dipicu oleh fluktuasi ekonomi yang dinamis dan eskalasi ketegangan geopolitik di berbagai kawasan, termasuk sentimen “risk-off” akibat ketegangan di Timur Tengah seperti antara Iran dan Israel, yang berimbas luas pada stabilitas pasar keuangan dunia.

Meskipun sejumlah perkembangan positif telah terjadi, seperti penetapan tarif perdagangan di beberapa negara, sentimen global belum menunjukkan tanda-tanda stabilisasi. Sebaliknya, ketidakpastian jangka pendek justru kian meningkat, tercermin dari volatilitas pasar yang tinggi dan respons investor yang lebih berhati-hati dalam menempatkan modal mereka.

“Dinamika global masih sangat tinggi. Ketidakpastian ini tidak hanya berasal dari sisi ekonomi, tetapi juga dari eskalasi risiko geopolitik yang berdampak luas terhadap arus modal dan stabilitas pasar,” ujar Juli dalam Agenda Pelatihan Wartawan Bank Indonesia, Jumat (22/8/2025), menekankan kompleksitas tantangan yang dihadapi.

Investor Prioritaskan Obligasi di Tengah Gejolak Pasar Global

Juli menjelaskan, meskipun aliran modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih tetap masuk ke pasar keuangan, volume investasi tersebut cenderung terbatas. Hal ini disebabkan oleh preferensi investor yang kini lebih selektif, mengarahkan modalnya pada aset-aset berkualitas tinggi atau ‘safe haven’. Instrumen keuangan publik seperti obligasi, khususnya obligasi pemerintah, tetap menjadi incaran utama bagi para investor yang mencari stabilitas di tengah ketidakpastian global.

Di tengah gejolak global tersebut, ekonomi domestik Indonesia menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Pada kuartal kedua tahun 2025, pertumbuhan ekonomi Indonesia berhasil mencapai 5,12 persen. Angka ini didorong oleh kombinasi berbagai faktor kunci, mulai dari peningkatan investasi dalam negeri yang signifikan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang solid, hingga kinerja ekspor barang dan jasa yang membaik.

Peningkatan konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat pascapandemi, yang mendorong aktivitas ekonomi. Sementara itu, sektor ekspor turut menyumbang pertumbuhan, didukung oleh peningkatan ekspor barang pada periode Juni–Juli, serta lonjakan jumlah wisatawan mancanegara yang secara langsung meningkatkan ekspor jasa.

Pertumbuhan Ekonomi Merata, Jawa Pimpin Laju Produksi Nasional

Dari sisi produksi, industri pengolahan menjadi motor penggerak pertumbuhan tertinggi dengan laju 5,68 persen, sejalan dengan peningkatan ekspor nasional. Sektor perdagangan juga mencatat performa positif sebesar 5,37 persen, didorong oleh aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang terus membaik. Selain itu, sektor informasi dan komunikasi menunjukkan kinerja yang sangat impresif, dengan pertumbuhan mendekati 8 persen, tepatnya 7,9 persen.

“Secara spasial, pertumbuhan ekonomi terjadi merata di seluruh wilayah Indonesia. Namun demikian, wilayah Jawa mencatat pertumbuhan tertinggi, didukung oleh kontribusi besar terhadap konsumsi nasional, sektor manufaktur, dan perdagangan,” beber Juli menegaskan pemerataan sekaligus konsentrasi pertumbuhan di sentra ekonomi utama.

Bank Indonesia Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi 2025 Sentuh Target Optimistis

Dengan melihat kinerja positif ini, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 secara keseluruhan akan berada dalam kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen, dengan kecenderungan kuat untuk melampaui titik tengah proyeksi tersebut. Proyeksi optimis ini didasarkan pada beberapa pendorong utama yang diharapkan akan terus menguat.

“Pendorongnya investasi masih tetap kuat, ekspor yang membaik, didukung oleh tarif dagang (Trump) terhadap Indonesia yang relatif lebih rendah dibandingkan negara lain diharapkan mendorong ekspor,” kata Juli. Selain itu, sisi belanja pemerintah (government spending) juga diproyeksikan meningkat signifikan, sehingga dapat memberikan dukungan kuat bagi pertumbuhan ekonomi. Dorongan ini diperkuat oleh faktor kebijakan dari sisi fiskal dan langkah Bank Indonesia yang telah menurunkan policy rate sebanyak lima kali, menunjukkan komitmen untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

Ringkasan

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian tinggi akibat fluktuasi ekonomi dan ketegangan geopolitik, termasuk konflik di Timur Tengah. Meskipun ada perkembangan positif seperti penetapan tarif perdagangan, sentimen global belum stabil dan investor cenderung lebih berhati-hati, memprioritaskan aset yang lebih aman seperti obligasi pemerintah.

Di tengah gejolak global, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan 5,12 persen pada kuartal kedua 2025, didorong oleh investasi, konsumsi rumah tangga, dan ekspor. BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen, didukung oleh investasi, ekspor, belanja pemerintah, dan kebijakan moneter yang akomodatif.