Defisit Menganga! NPI Triwulan II 2025 Tembus Rp 109,1 Triliun

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2025 mencatat defisit sebesar USD 6,7 miliar, atau setara dengan sekitar Rp 109,1 triliun berdasarkan kurs Rp 16.284 per USD (diakses 14.01 WIB). Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian.

Sebagai penopang utama, cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar USD 152,6 miliar. Angka ini setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional yang umumnya sekitar 3 bulan impor. Kondisi ini mencerminkan posisi likuiditas eksternal yang kuat.

Menurut Bank Indonesia, defisit transaksi berjalan tercatat rendah meskipun perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas masih membayangi. Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga menunjukkan defisit yang terkendali, sebuah pencapaian di tengah volatilitas pasar keuangan global yang tinggi. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Junanto Herdiawan, melalui keterangan tertulis pada Kamis (21/8), mengungkapkan bahwa hal ini menandakan optimisme investor terhadap prospek ekonomi domestik.

Secara lebih rinci, defisit transaksi berjalan pada triwulan II 2025 tercatat sebesar USD 3,0 miliar (0,8 persen dari PDB), meningkat dibandingkan defisit USD 0,2 miliar (0,1 persen dari PDB) pada triwulan I 2025. Peningkatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor: neraca perdagangan nonmigas tetap membukukan surplus, meski lebih rendah akibat perlambatan ekonomi global dan harga komoditas. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menurun seiring dengan harga minyak global yang lebih rendah. Peningkatan defisit neraca pendapatan primer terjadi karena kenaikan pembayaran dividen dan bunga/kupon sesuai pola triwulanan. Namun, surplus neraca pendapatan sekunder meningkat berkat kenaikan hibah dan remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri.

Kinerja transaksi modal dan finansial juga tetap menunjukkan ketahanan, meski tercatat defisit sebesar USD 5,2 miliar pada triwulan II 2025. Hal ini terutama didorong oleh peningkatan surplus pada investasi langsung, yang mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian dan iklim investasi domestik. Di sisi lain, investasi portofolio mencatat defisit akibat aliran keluar modal asing dalam bentuk surat utang domestik. Sementara itu, kategori investasi lainnya justru membukukan surplus yang signifikan, dipengaruhi oleh penarikan pinjaman luar negeri dari sektor swasta.

Ke depan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mencermati dinamika ekonomi global yang berpotensi memengaruhi prospek NPI. Junanto Herdiawan menegaskan bahwa BI akan terus memperkuat respons bauran kebijakan yang didukung sinergi erat dengan pemerintah dan otoritas terkait demi menjaga dan memperkuat ketahanan sektor eksternal. Dengan langkah-langkah strategis ini, kinerja NPI 2025 diproyeksikan akan tetap sehat, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial serta defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran 0,5 persen hingga 1,3 persen dari PDB. Proyeksi positif ini didukung oleh berlanjutnya aliran masuk modal asing, yang didorong oleh persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang stabil dan imbal hasil investasi yang tetap menarik.

Ringkasan

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2025 mencatat defisit sebesar USD 6,7 miliar atau sekitar Rp 109,1 triliun. Meskipun demikian, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi global. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar USD 152,6 miliar, yang setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Defisit transaksi berjalan tercatat rendah, meskipun ada perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas. Transaksi modal dan finansial juga menunjukkan defisit yang terkendali di tengah volatilitas pasar keuangan global. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mencermati dinamika ekonomi global dan memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga ketahanan sektor eksternal.