
Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Harga emas menembus rekor tertinggi sepanjang masa, didorong lonjakan ketegangan geopolitik dan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang memperkuat daya tarik aset lindung nilai (safe haven).
Melansir Bloomberg pada Senin (22/12/2025), harga emas di pasar spot naik 1,1% menjadi US$4.386,32 per ons. Kenaikan tersebut melampaui rekor sebelumnya di level US$4.381 per ons yang tercatat pada Oktober lalu.
Kenaikan harga emas terjadi seiring dengan spekulasi pelaku pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga dua kali pada 2026. Serangkaian data ekonomi AS pekan lalu dinilai belum memberikan kejelasan arah kebijakan moneter, meskipun Presiden AS Donald Trump secara terbuka mendorong penurunan suku bunga yang lebih agresif.
Adapun, kebijakan moneter yang lebih longgar menjadi sentimen positif bagi emas dan perak karena keduanya tidak memberikan imbal hasil bunga.
Ketegangan geopolitik yang meningkat dalam beberapa pekan terakhir turut memperkuat daya tarik emas dan perak sebagai aset lindung nilai. Amerika Serikat memperketat blokade minyak terhadap Venezuela untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Nicolás Maduro. Di sisi lain, Ukraina untuk pertama kalinya menyerang kapal tanker minyak dari armada bayangan Rusia di Laut Mediterania.
Emas dan perak kini menuju kinerja tahunan terkuat sejak 1979. Sepanjang tahun ini, harga emas melonjak sekitar dua pertiga, ditopang pembelian agresif oleh bank sentral serta arus masuk dana ke exchange-traded fund (ETF) berbasis emas.
: : Meledak! Segini Harga Buyback Emas Antam Hari Ini, Senin 22 Desember 2025
Data Bloomberg menunjukkan ETF berbasis emas mencatatkan arus masuk selama lima pekan berturut-turut. Sementara itu, World Gold Council melaporkan total kepemilikan emas dalam ETF meningkat setiap bulan sepanjang tahun ini, kecuali Mei.
Harga emas juga pulih cepat setelah sempat terkoreksi dari puncaknya pada Oktober lalu, ketika reli dinilai terlalu panas. Goldman Sachs Group Inc. termasuk di antara sejumlah bank yang memproyeksikan harga emas masih akan melanjutkan kenaikan pada 2026, dengan skenario dasar di level US$4.900 per ons dan risiko kenaikan lanjutan. Bank tersebut menilai investor ETF mulai bersaing dengan bank sentral dalam memperebutkan pasokan emas fisik yang terbatas.
: : China Klaim Temukan Cadangan Emas Bawah Laut Terbesar di Asia!
“Pembelian bank sentral, permintaan fisik, dan lindung nilai geopolitik tetap menjadi jangkar jangka menengah hingga panjang, sementara kebijakan The Fed dan suku bunga riil terus mendorong pergerakan siklis,” ujar analis Pepperstone Group Ltd., Dilin Wu, dalam catatan riset.
Dia menambahkan, pemain baru seperti penerbit stablecoin, termasuk Tether, serta sejumlah perusahaan mulai mengalokasikan dana ke emas, sehingga memperluas basis modal dan memperkuat ketahanan permintaan.
Di pasar logam mulia lainnya, harga perak melonjak hingga 2,7% dan mencetak rekor di level US$68,99 per ons. Kenaikan didorong arus dana spekulatif serta gangguan pasokan yang masih membayangi berbagai pusat perdagangan utama setelah terjadinya short squeeze bersejarah pada Oktober.
Volume perdagangan kontrak berjangka perak di Shanghai juga melonjak awal bulan ini, mendekati level saat krisis pasokan beberapa bulan lalu.
Sementara itu, harga platinum melanjutkan penguatan untuk hari kedelapan berturut-turut dan diperdagangkan di atas US$2.000 per ons untuk pertama kalinya sejak 2008.
Logam tersebut telah melonjak sekitar 125% sepanjang tahun ini dan menguat lebih cepat dalam beberapa hari terakhir seiring tanda-tanda pengetatan pasokan di pasar London.
Sejumlah bank dilaporkan menyimpan lebih banyak platinum di Amerika Serikat sebagai langkah antisipasi risiko tarif, sementara ekspor ke China tetap solid seiring meningkatnya permintaan dan mulai diperdagangkannya kontrak di Guangzhou Futures Exchange.