Ussindonesia.co.id Harga minyak dunia menunjukkan stabilitas pada perdagangan Senin (18/8/2025), seiring atensi pelaku pasar yang tertuju pada pertemuan krusial antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Pertemuan ini diharapkan dapat memberikan petunjuk signifikan terkait upaya mencapai kesepakatan damai, yang vital untuk mengakhiri konflik paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II, dan berpotensi mengubah dinamika pasar energi global.
Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah Brent terpantau di level US$65,87 per barel pada pukul 08.47 GMT. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) menunjukkan kenaikan tipis sebesar 9 sen atau 0,14%, mencapai posisi US$62,89 per barel, mencerminkan kehati-hatian pasar di tengah ketidakpastian geopolitik.
Sebelumnya, Presiden Trump telah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska pada Sabtu lalu. Dari pertemuan tersebut, Trump mengindikasikan posisi yang lebih selaras dengan Moskow dalam mendorong tercapainya kesepakatan damai yang komprehensif, berbeda dengan sekadar gencatan senjata. Pendekatan ini memicu spekulasi di pasar mengenai implikasi jangka panjang terhadap pasokan energi global.
Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, menyoroti pergeseran fokus pasar. “Fokus pasar kini beralih ke pertemuan di Washington hari ini untuk mencari tanda-tanda kesepakatan yang pada akhirnya bisa meningkatkan pasokan minyak dan gas,” jelas Hansen. Ia juga mencatat bahwa hingga pekan yang berakhir 12 Agustus, spekulan telah mencatat posisi net short gabungan pertama di WTI (CME & ICE). Kondisi ini menjadikan harga minyak sangat rentan terhadap kejutan kenaikan, mengindikasikan potensi volatilitas yang tak terduga.
Hansen menambahkan bahwa dampak penuh dari “dividen perdamaian” terhadap pasar minyak masih belum sepenuhnya diperhitungkan. “Saya tidak percaya pasar minyak sudah sepenuhnya memperhitungkan ‘dividen perdamaian’ yang berpotensi membuat harga minyak mentah dan gas Eropa mengalami penurunan lebih lanjut,” ujarnya, mengisyaratkan bahwa jika perdamaian terwujud, peningkatan pasokan energi global bisa menekan harga secara signifikan.
Di sisi lain, harga minyak sempat terangkat di awal sesi perdagangan oleh komentar Peter Navarro, penasihat perdagangan Gedung Putih, terkait pembelian minyak Rusia oleh India. Pernyataan Navarro ini memberikan sentimen sesaat di pasar, menyoroti peran India dalam ekosistem energi global dan hubungannya dengan sanksi.
Navarro secara blak-blakan menyatakan, “India bertindak sebagai clearing house global untuk minyak Rusia, mengubah minyak yang terkena embargo menjadi ekspor bernilai tinggi sekaligus memberi Moskow dolar yang dibutuhkan.” Komentar ini memicu perdebatan mengenai implikasi sanksi dan aliran dana energi, terutama dari negara-negara non-barat.
Priyanka Sachdeva, Analis Senior di Phillip Nova, mengemukakan pandangannya. Ia menilai bahwa pernyataan tajam Navarro mengenai impor minyak Rusia oleh India, ditambah dengan penundaan pembicaraan dagang, kembali membangkitkan kekhawatiran mendalam di pasar. Sachdeva menekankan bahwa arus energi masih sangat terikat pada gesekan dagang dan diplomatik, meskipun prospek perdamaian di Ukraina mulai menunjukkan tanda-tanda positif.
Lebih lanjut mengenai isu tarif, pada Sabtu lalu, Presiden Trump menyatakan bahwa ia belum perlu segera mempertimbangkan tarif balasan terhadap negara-negara seperti China yang terus membeli minyak Rusia. Namun, ia juga memberi sinyal bahwa tindakan tersebut mungkin akan diperlukan “dalam dua atau tiga minggu” jika kondisi tidak berubah dan pembelian terus berlanjut tanpa hambatan.
Pernyataan Trump ini, pada gilirannya, berhasil meredakan kekhawatiran awal di pasar mengenai potensi gangguan serius terhadap pasokan minyak dari Rusia, memberikan jeda bagi para investor untuk menilai situasi lebih lanjut.
Sebagai konteks penting, China adalah importir minyak terbesar di dunia sekaligus pembeli utama minyak Rusia, disusul oleh India. Peran kedua negara ini sangat krusial dalam dinamika pasokan dan permintaan energi global, khususnya di tengah sanksi yang diberlakukan terhadap Rusia.
Selain faktor geopolitik yang mendominasi, para investor juga memusatkan perhatian pada pertemuan Jackson Hole yang akan berlangsung pekan ini. Mereka menantikan pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengenai arah kebijakan pemangkasan suku bunga AS. Keputusan ini diyakini memiliki potensi besar untuk semakin mendorong reli di pasar saham, memberikan dorongan ekonomi yang lebih luas.