IHSG berpeluang menguat pada Selasa (23/12), cek saham rekomendasi analis

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan melanjutkan penguatan pada perdagangan Selasa (23/12/2025). Ini seiring meningkatnya sentimen eksternal mulai dari ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Venezuela yang mendorong kenaikan harga komoditas.

Pada perdagangan Senin (22/12/2025), IHSG ditutup menguat 0,42% ke level 8.645,84. Sektor energi mencatatkan penguatan terbesar, sementara sektor teknologi menjadi penekan utama indeks.

Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, mengatakan ketegangan AS-Venezuela turut mendorong kenaikan harga minyak mentah dan emas, yang menjadi katalis positif bagi saham-saham berbasis komoditas.

Rupiah Tertekan Efek Kekhawatiran Suku Bunga Hingga Minggu Pendek Jelang Libur Natal

“Ketegangan geopolitik tersebut juga mendorong penguatan indeks dolar AS, yang berdampak pada pelemahan rupiah,” ujar Alrich kepada Kontan, Senin (22/12/2025).

Rupiah pada perdagangan Senin (22/12/2025) ditutup melemah di pasar spot ke level Rp16.777 per dolar AS, seiring penguatan dolar AS secara global.

Dari sisi teknikal, IHSG ditutup di bawah moving average 5 hari (MA5), namun masih bertahan di atas MA20. Indikator Stochastic RSI masih berada di area oversold, dengan volume beli mulai menunjukkan peningkatan.

“Dengan kondisi tersebut, IHSG diperkirakan berpotensi bergerak menguat untuk menguji area 8.680 hingga 8.700,” jelas Alrich. Alrich menempatkan level resistance IHSG di 8.700, pivot di 8.600, dan support di 8.550.

Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari pertumbuhan likuiditas. Uang beredar dalam arti luas (M2) pada November 2025 tumbuh 8,3% secara tahunan (YoY), lebih tinggi dibandingkan Oktober 2025 yang sebesar 7,7% YoY. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan tabungan rupiah, tagihan bersih kepada pemerintah, penyaluran kredit, serta aktiva luar negeri bersih.

Dari eksternal, Bank Sentral Tiongkok (PBOC) mempertahankan suku bunga pinjaman tenor 1 tahun dan 5 tahun masing-masing di level 3% dan 3,5% pada Desember 2025. Kebijakan ini mengindikasikan belum adanya urgensi tambahan stimulus moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kripto Menguat di Awal Pekan, Akankah Ubah Tren Hingga Akhir Tahun?

Sementara dari Amerika Serikat, investor menantikan rilis data Durable Goods Orders Oktober 2025 yang diperkirakan tumbuh 0,3% secara kuartalan, serta data estimasi kedua pertumbuhan ekonomi AS kuartal III-2025 yang diproyeksikan tetap di level 3,2%.

Untuk perdagangan Selasa (23/12/2026), Phintraco Sekuritas merekomendasikan saham BUMI, DEWA, ESSA, ADMR, dan INDY sebagai top picks.