IHSG dalam Tren Penguatan, Capital Outflow Diprediksi Mereda Semester II/2025

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Tekanan arus keluar dana asing yang sempat membayangi pasar pada Agustus dan awal September 2025 mulai mereda. Kondisi politik yang lebih kondusif dinilai membuka ruang bagi investor untuk kembali masuk.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), asing mencatatkan jual bersih atau net sell sebesar Rp53,43 triliun secara year to date (YtD) hingga Selasa (2/9/2025). Pada hari yang sama, net sell asing mencapai Rp330 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya yang tembus Rp2,15 triliun.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa tekanan arus keluar dana asing memang masih terjadi pada awal September. Namun, situasi keamanan dan politik yang stabil kini menjadi katalis positif.

: IHSG Ditutup Menguat 1,08% ke 7.885 Didorong Saham DSSA, BBNI, dan BBRI

“Dengan kondisi yang lebih stabil, investor mulai mencermati berbagai katalis positif pada semester II/2025. Salah satunya adalah potensi The Fed melonggarkan kebijakan moneternya mulai September,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (3/9/2025).

Menurut Nafan, Jika terealisasi, kebijakan tersebut akan meningkatkan likuiditas di pasar keuangan global. Efek penurunan biaya pinjaman juga akan mendukung sentimen positif terhadap aset berisiko di negara berkembang, termasuk Indonesia.

: : IHSG Merangkak Naik, Saham BBCA dan BMRI Masih Dilego Asing

Selain itu, Bank Indonesia (BI) diperkirakan mengikuti langkah The Fed dengan melanjutkan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan. Potensi pemangkasan BI Rate sebanyak 1 – 2 kali lagi hingga akhir tahun dinilai masih terbuka.

Dari sisi domestik, Nafan menyampaikan bahwa percepatan realisasi belanja pemerintah menjadi stimulus tambahan bagi perekonomian. Langkah ini dipandang mampu menjaga momentum pertumbuhan di tengah ketidakpastian global.

: : Bergerak Lawan Arus, Saham di Papan Akselerasi Menguat saat IHSG Longsor

“Kombinasi percepatan belanja pemerintah dan stimulus moneter diharapkan mampu menjaga stabilitas ekonomi nasional di kisaran 5% sepanjang 2025,” pungkasnya.

Seiring hal tersebut, kinerja emiten juga diprediksi lebih baik pada semester II/2025. Proyeksi laba yang lebih progresif akan menjadi katalis tambahan bagi kembalinya aliran masuk dana asing ke pasar saham domestik.

Pemerintah dan emiten, kata Nafan, perlu memperkuat praktik tata kelola perusahaan yang baik (good governance). Hal tersebut menjadi kunci untuk meningkatkan kepercayaan investor, baik domestik maupun global.

Dengan dukungan fundamental tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih berada dalam tren penguatan atau uptrend hingga akhir tahun.

______

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.