Ussindonesia.co.id JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) menunjukkan pemulihan kinerja yang signifikan pada kuartal II-2025. Namun, sejumlah analis mengingatkan perseroan perlu mempersiapkan diri menghadapi potensi tekanan makroekonomi dan lesunya konsumsi domestik hingga akhir tahun.
Meskipun pada paruh pertama 2025 pendapatan SIDO terkoreksi 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 1,82 triliun, kinerja ini ditopang oleh kebangkitan kuat di kuartal kedua. Selama periode April-Juni 2025, pendapatan SIDO melonjak menjadi Rp 1 triliun, meningkat 29,4% secara kuartalan.
Kinerja SIDO Menurun pada Semester I-2025, Ini Penyebabnya
Catherine Florencia, Research Analyst MNC Sekuritas, menjelaskan bahwa penguatan pendapatan di kuartal II-2025 terjadi seiring normalisasi setelah pendapatan kuartal pertama yang melemah. Sebelumnya, pergeseran momentum Lebaran di awal tahun serta perubahan strategi distribusi sempat menekan penjualan perseroan pada kuartal I-2025. Pernyataan ini tertuang dalam risetnya per 14 Agustus 2025.
Secara segmen, herbal dan suplemen menjadi tulang punggung utama pendapatan perseroan. Pada kuartal kedua, segmen ini membukukan pendapatan yang melesat 47,2% secara tahunan dan 97,3% secara kuartalan, mencapai Rp 416,7 miliar. Catherine mencermati, lonjakan signifikan ini didukung oleh pemulihan volume penjualan serta dampak musim hujan berkepanjangan.
Menurut Catherine, “Kemarau basah meningkatkan kasus flu, sehingga meningkatkan permintaan obat flu, minyak atsiri, suplemen Esemag, serta obat herbal Tolak Linu.” Kondisi ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan penjualan produk-produk utama SIDO di segmen tersebut. Kontribusi kuat dari segmen herbal ini turut mendongkrak margin keuntungan SIDO.
Margin laba kotor (GPM) SIDO pada kuartal II-2025 naik menjadi 60,5%, atau meningkat 820 basis poin (bps) secara kuartalan. Selanjutnya, margin laba operasional (OPM) di kuartal kedua juga menunjukkan kenaikan signifikan, mencapai 44,2% atau melonjak 800 bps secara kuartalan. Di sisi lain, Equity Research Analyst Buana Capital Sekuritas, James Widjaja, menyoroti bahwa kenaikan ini didukung oleh leverage operasional dan perubahan strategi promosi perseroan. Dalam risetnya pada 19 Agustus 2025, James menyebut, “Strategi iklan dan promosi bergeser ke kampanye digital yang menyasar anak muda, sehingga jangkauan lebih luas dengan biaya lebih rendah.”
Secara keseluruhan, laba bersih SIDO meningkat tajam 68,6% yoy dan 57,8% secara kuartalan di kuartal II-2025. Pemulihan ini membawa laba bersih perseroan di separuh pertama 2025 menjadi Rp 600,5 miliar, meskipun masih terkoreksi 1,3% yoy. James menambahkan bahwa separuh kedua tahun biasanya merupakan periode musiman yang lebih kuat bagi SIDO. “Namun, kami tetap berhati-hati mengingat produk SIDO tergolong konsumsi non-esensial di tengah lemahnya daya beli masyarakat,” imbuhnya.
Menyadari tantangan ini, manajemen SIDO merevisi target pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga akhir tahun 2025 menjadi di atas 5%, lebih rendah dari target sebelumnya 10%. James menilai, revisi ini mengimplikasikan perlunya pertumbuhan dobel digit di paruh kedua 2025. “Ini bisa ditopang perbaikan makro domestik lewat percepatan belanja fiskal,” lanjutnya.
Meskipun demikian, Catherine mencermati bahwa kinerja SIDO masih dibayangi beberapa risiko utama, termasuk pemulihan volume domestik yang lebih lama dari perkiraan serta penjualan ekspor di pasar baru yang lebih lambat. Oleh karena itu, hingga akhir tahun, Catherine merekomendasikan hold saham SIDO dengan target harga Rp 500 per saham. Senada, James juga menyarankan hold SIDO dengan target harga Rp 560 per saham.