Kinerja Triputra Agro (TAPG) Masih Prospektif Pada 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya

Kinerja PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) terus menunjukkan performa yang sangat mengesankan. Emiten sawit dari Grup Triputra ini secara beruntun mengumumkan serangkaian kabar positif yang menggembirakan para investor dan pelaku pasar.

Pada semester I 2025, TAPG mencatatkan peningkatan produksi minyak kelapa sawit mentah (CPO) yang signifikan, mencapai 485.913 ton. Angka ini melonjak 12% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan 433.894 ton pada periode yang sama di tahun 2024. Tak hanya CPO, produksi tandan buah segar (TBS) TAPG juga turut meningkat 13% YoY, mencapai 2,09 juta ton per Juni 2025, dari sebelumnya 1,85 juta ton di semester I tahun lalu.

Dari sisi finansial, pendapatan TAPG dari kontrak dengan pelanggan tercatat sebesar Rp 5,50 triliun per semester I 2025, menunjukkan lonjakan 35,11% YoY dari Rp 4,07 triliun di semester I 2024. Peningkatan pendapatan ini turut mendorong laba bersih perusahaan mencapai Rp 1,69 triliun per 30 Juni 2025, atau melesat 75,31% dari Rp 966,34 miliar pada 30 Juni 2024.

Dengan perolehan gemilang di semester I 2025 ini, TAPG juga berencana untuk menebar dividen interim sebesar Rp 774,24 miliar, yang setara dengan Rp 39 per saham. Pembayaran dividen interim tersebut dijadwalkan akan dilaksanakan pada 29 Agustus 2025. Di samping itu, pengakuan atas kinerja TAPG semakin kuat dengan masuknya perusahaan ke dalam indeks MSCI Small Cap pada kocok ulang awal Agustus lalu, dengan perubahan yang efektif berlaku pada 27 Agustus 2025 atau setelah penutupan perdagangan 26 Agustus 2025.

Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe, menyoroti bahwa kinerja TAPG yang cemerlang tidak hanya terbatas pada operasional, tetapi juga tercermin pada pergerakan harga sahamnya. Menurut Kiswoyo, sentimen positif yang mendorong kinerja TAPG sejak awal tahun 2025 didukung oleh beberapa faktor kunci. Ini termasuk usia tanaman sawit milik perseroan yang masih berada dalam fase produktif, kondisi cuaca yang mendukung, serta tingginya harga jual CPO di pasar global.

Melansir Trading Economics pada Kamis (14/8), pukul 15:20 WIB, harga CPO terpantau berada di level MYR 4.435 per ton. Kiswoyo menjelaskan, “Biasanya biaya produksi CPO itu ada di kisaran MYR 2.000 per ton. Jadi, ini sudah ada untung sekitar 100%,” ungkapnya kepada Kontan.

Keberhasilan TAPG masuk ke indeks MSCI Small Cap juga tak lepas dari performa impresif harga sahamnya. Sejak awal tahun 2025, saham TAPG telah menunjukkan kenaikan signifikan sebesar 92,81% secara year to date (YTD). “Selain karena harga sahamnya naik, fundamental TAPG juga bagus. Likuiditas sahamnya pun tinggi,” tambah Kiswoyo, menegaskan solidnya posisi TAPG di mata investor.

Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham

Dalam catatan KONTAN, TAPG menargetkan peningkatan produksi crude palm oil (CPO) sebesar 2% di tahun 2025. Selain itu, produksi inti sawit atau palm kernel (PK) ditargetkan naik 1%, dan tandan buah segar (TBS) naik 2% sepanjang tahun ini. Manajemen TAPG memproyeksikan bahwa pertumbuhan industri kelapa sawit pada kuartal II dan III 2025 akan terjadi karena peningkatan hasil panen di wilayah-wilayah Indonesia yang sebelumnya dilanda kekeringan dan hujan lebat.

Harga CPO juga mengalami lonjakan pesat, didorong oleh kenaikan harga minyak kedelai dan minyak mentah. Peningkatan harga komoditas ini sebagian besar disebabkan oleh target penggunaan biodiesel di Amerika Serikat (AS) dan memanasnya tensi geopolitik di Timur Tengah. Namun, dinamika kebijakan global terkait minyak nabati juga akan menjadi tantangan bagi industri sawit di semester II. “Diskusi tarif yang sedang berlangsung di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump menambah ketidakpastian lebih lanjut,” ungkap manajemen.

Kiswoyo berpandangan, selama harga CPO masih bertahan di atas level MYR 4.000 per ton, TAPG diyakini akan terus mencetak kinerja yang sangat baik. Ia menambahkan bahwa tren produksi CPO nasional cenderung stagnan karena usia pohon para petani yang sudah cukup tua. Kondisi ini menempatkan TAPG pada posisi yang diuntungkan, mengingat perusahaan memiliki tanaman sawit dalam rentang usia produktif 15-20 tahun. “Saat ini memang sedang masa emasnya. Tapi tentu, nanti ada masanya saat tanaman mereka sudah butuh replanting,” jelasnya.

Berdasarkan analisis tersebut, Kiswoyo merekomendasikan buy on weakness untuk saham TAPG, dengan target harga antara Rp 1.600 – Rp 1.800 per saham hingga awal tahun 2026. Sementara itu, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, melihat pergerakan saham TAPG memiliki level support di Rp 1.450 per saham dan resistance di Rp 1.520 per saham. Herditya merekomendasikan trading buy untuk TAPG, dengan target harga di kisaran Rp 1.550 – Rp 1.585 per saham.