Ussindonesia.co.id , JAKARTA – Saham-saham rokok pada perdagangan hari ini, Senin (8/9/2025) kompak melejit dua digit, bertepatan dengan reshuffle Menteri Keuangan Sri Mulyani yang digantikan Purbaya Yudhi Sadewa.
Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan menilai kenaikan tajam saham-saham rokok hari ini sangat mungkin merupakan respons langsung pasar terhadap momentum reshuffle Sri Mulyani.
Selama menjabat, ujarnya, Sri Mulyani dikenal dengan kebijakan fiskal yang ketat, termasuk dalam hal kenaikan tarif cukai rokok yang cukup agresif. Oleh karena itu, digantinya Sri Mulyani dari jabatan Menteri Keuangan dinilai Ekky dapat menimbulkan ekspektasi pasar, bahwa kebijakan fiskal khususnya terkait dengan cukai rokok akan lebih bersahabat terhadap industri.
“Spekulasi inilah yang menjadi katalis positif jangka pendek dan langsung direspons investor melalui lonjakan harga saham-saham rokok menjelang penutupan sore. Namun, menurut saya kenaikan tajam ini bersifat jangka pendek atau reaktif dan spekulatif dari investor,” kata Ekky kepada Bisnis, Senin (8/9/2025).
Menurutnya, dalam jangka panjang pasar masih menunggu kepastian arah kebijakan dari Menteri Keuangan yang baru, terutama terkait dengan roadmap tarif cukai rokok untuk 2026–2027.
: Analis Sebut Reshuffle Sri Mulyani Picu Aksi Jual Saham, IHSG Ambles 1,28%
Merujuk kebijakan Sri Mulyani dalam 5 tahun terakhir, Kementerian Keuangan yang dia pimpin telah menggenjot cukai rokok 67,5% sejak 2020. Tepatnya, rata-rata kenaikan cukai rokok pada 2020 sebesar 23%, kemudian naik lagi 12,5% pada 2021, selanjutnya pada 2022 cukai rokok meningkat lagi rata-rata sebesar 12%. Berikutnya, pada 2023 dan 2024 cukai rokok naik rata-rata 10%. Sementara itu, pada 2025, pemerintah tidak menaikkan cukai rokok.
Ekky bilang, jika nanti muncul sinyal bahwa laju kenaikan cukai akan ditahan atau setidaknya dikaji ulang, barulah bisa melihat potensi rerating sektor rokok yang lebih berkelanjutan.
Ekky mengingatkan bahwa di luar isu cukai, industri rokok masih dihadapkan pada berbagai tantangan struktural. Kenaikan tarif cukai kemungkinan besar tidak akan dihentikan sepenuhnya, mengingat kontribusinya yang besar terhadap pendapatan negara.
“Di sisi lain, permasalahan rokok ilegal yang belum terselesaikan juga menjadi hambatan besar bagi pemulihan volume penjualan dan efisiensi di sektor ini,” tandasnya.
Gudang Garam Tbk. – TradingView
Pada penutupan pasar Senin (8/9/2025), saham PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) melejit 12,50% ke Rp9.900. Level tertinggi GGRM selama perdagangan hari ini bahkan sempat menyentuh Rp10.050. Sebanyak 4,85 juta saham ditransaksikan dengan nilai Rp45,21 miliar.
Sementara itu, saham PT H.M Sampoerna Tbk. (HMSP) ditutup menguat 17,76% ke Rp630. Level tertinggi saham HM Sampoerna sempat menyentuh Rp640, di mana 131,79 juta saham ditransaksikan dengan nilai Rp79,89 miliar.
Berikutnya, saham PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM) ditutup naik 16,35% ke Rp925. WIIM sempat menyentuh level tertinggi selama perdagangan hari ini di Rp975, sebanyak 19,62 juta saham ditransaksikan dengan nilai Rp17,48 miliar.
Terakhir, saham PT Indonesian Tobacco Tbk. (ITIC) ditutup naik 11,61% ke Rp250, usai sempat menyentuh level Rp252. Sebanyak 4,18 juta saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp1,02 miliar.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.