Penurunan Bunga Kredit Masih Lambat meski BI Rate Turun, Begini Kondisinya

Ussindonesia.co.id, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) kembali menyoroti lambatnya transmisi kebijakan pemangkasan suku bunga acuan atau BI Rate ke suku bunga kredit perbankan. Meskipun BI Rate telah diturunkan menjadi 5% pada Agustus 2025, mencapai level terendah sejak November 2022, dampaknya terhadap suku bunga kredit di sektor perbankan belum sepenuhnya terlihat.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa penurunan suku bunga kredit perbankan masih berjalan dengan tempo yang lambat. Pada Juli 2025, suku bunga kredit tercatat stabil di angka 9,16%, tidak banyak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Perry menekankan bahwa penurunan lebih lanjut sangatlah krusial. “Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 pada Rabu (20/8/2025).

Senada dengan pandangan Gubernur, Deputi Gubernur BI Juda Agung menjelaskan bahwa transmisi suku bunga saat ini memang tidak secepat periode penurunan BI Rate sebelumnya. Meskipun demikian, Juda melihat adanya sinyal-sinyal menggembirakan yang mulai muncul, meskipun belum menunjukkan kekuatan penuh. Salah satu indikator positif adalah penurunan suku bunga deposito perbankan dari 4,85% pada Juni 2025 menjadi 4,75% pada Juli 2025, atau susut 10 basis poin (bps).

Selain itu, suku bunga kredit baru juga menunjukkan tren penurunan, khususnya pada segmen kredit korporasi, komersial, dan UMKM. Juda merinci, suku bunga kredit korporasi turun 27 bps dari 7,58% ke 7,31%. Untuk kredit komersial, penurunan terjadi sebesar 9 bps, dari 8,35% menjadi 8,26%. Sementara itu, kredit UMKM tercatat turun 15 bps, dari 11,01% pada Juni 2025 menjadi 10,86% pada Juli 2025.

Namun, transmisi ini tidak merata di semua kelompok bank. Juda memaparkan bahwa bank BUMN, Bank Pembangunan Daerah (BPD), dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) telah secara kompak menurunkan suku bunga kredit mereka. Ironisnya, bank umum swasta nasional (BUSN) justru masih mengalami kenaikan suku bunga kredit, menjadi tantangan tersendiri dalam percepatan transmisi.

Meskipun ada disparitas tersebut, BI tetap optimistis terhadap prospek transmisi ke depan. “Dengan adanya penurunan suku bunga BI Rate lebih lanjut hari ini, kemudian likuiditas yang masih sangat tinggi, dan ekspansi pemerintah yang lebih cepat pada semester II, kami optimis apa yang kita lakukan, baik konteks BI Rate maupun penyediaan likuiditas akan tertransmisi lebih baik pada semester II/2025,” jelas Juda, mengindikasikan keyakinan BI terhadap efektivitas kombinasi kebijakan moneter dan faktor eksternal yang mendukung.