Perluas Portofolio Bisnis, Simak Rekomendasi Saham United Tractors (UNTR)

JAKARTA – PT United Tractors Tbk (UNTR) menunjukkan performa yang beragam di semester I 2025. Meski berhasil membukukan kenaikan pendapatan, perseroan justru mengalami penurunan laba bersih. Menatap semester kedua tahun ini, UNTR telah menyiapkan strategi agresif untuk mendongkrak kinerja melalui perluasan portofolio bisnis di sektor pertambangan nonbatubara.

Secara rinci, UNTR mencatatkan pendapatan sebesar Rp 68,5 triliun sepanjang semester I 2025, meningkat 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Namun, pertumbuhan pendapatan ini tidak sejalan dengan laba bersih UNTR yang justru terkoreksi 14% yoy menjadi Rp 8,13 triliun. Kondisi ini menjadi sorotan di tengah upaya perusahaan mencari sumber pertumbuhan baru dan mengurangi ketergantungan pada komoditas batubara.

Langkah strategis ini diperkuat oleh pandangan Analis OCBC Sekuritas, Budi Rustanto, yang menyatakan bahwa UNTR akan terus memperluas portofolionya di sektor pertambangan nonbatubara sepanjang tahun ini. Fokus utama perusahaan adalah pada komoditas strategis seperti emas, nikel, dan mineral lainnya yang memiliki prospek cerah. Untuk mendukung inisiatif ini, United Tractors telah mengalokasikan investasi yang signifikan, yakni sekitar US$500 juta hingga US$1 miliar setiap tahunnya, guna memperkuat portofolio di sektor mineral tersebut.

Lebih lanjut, Budi menyoroti visi jangka panjang manajemen UNTR. “Manajemen UNTR menargetkan kontribusi pendapatan yang lebih seimbang antara batubara dan non-batubara pada tahun 2030,” ungkap Budi dalam risetnya pada 29 Agustus 2025. Ambisi ini mencerminkan komitmen perseroan untuk diversifikasi bisnis dan mitigasi risiko fluktuasi harga komoditas utama.

Saham PSAB Melonjak, UNTR Terkoreksi Saat Harga Emas Global Melemah Senin (25/8)

Di tengah dinamika pasar, penjualan alat berat Komatsu yang didistribusikan oleh UNTR menunjukkan kinerja positif. Hingga Juli 2025, volume penjualan naik signifikan 23,2% yoy menjadi 3.098 unit, didorong oleh permintaan kuat dari sektor pertambangan, kehutanan, dan agro. Optimisme ini membuat manajemen United Tractors mempertahankan target penjualan Komatsu sebanyak 4.600 unit untuk keseluruhan tahun 2025, meningkat 4% yoy. Target tersebut terdiri dari 1.200 unit mesin besar dan 3.400 unit mesin kecil, menandakan permintaan yang stabil di berbagai segmen industri.

Kendati demikian, sektor kontrak pertambangan menghadapi tantangan. Volume pemindahan overburden (lapisan tanah penutup) menurun 8,8% yoy menjadi 637,9 juta bcm (bank cubic meter) hingga Juli 2025, terutama akibat terhambatnya operasional oleh curah hujan yang tinggi. Kondisi cuaca ekstrem ini juga berdampak pada produksi batubara yang turun tipis 1,4% yoy menjadi 82,7 juta ton pada periode yang sama.

Anak usaha UNTR, PT Pamapersada Nusantara (Pama), sangat merasakan dampak curah hujan tinggi ini. Selain berkurangnya volume produksi, biaya operasional pun membengkak. Waktu henti akibat gangguan cuaca, mulai dari hilangnya waktu produksi, proses pengeringan area tambang (pit), hingga pemeliharaan jalan yang intensif, secara signifikan memicu kenaikan biaya, yang pada akhirnya menekan margin keuntungan. Namun, Budi Rustanto optimis, “Kami memperkirakan kinerja yang lebih baik di semester II 2025 seiring dengan membaiknya kondisi cuaca,” ujarnya, memberikan harapan akan pemulihan.

Meski produksi sempat terganggu, volume penjualan batubara justru menunjukkan pertumbuhan. Hingga Juli 2025, penjualan batubara UNTR melonjak 12,0% yoy mencapai 9,5 juta ton. Rinciannya, penjualan batubara termal tumbuh 10,0% yoy menjadi 7,1 juta ton, sementara batubara metalurgi mencatat lonjakan yang lebih impresif sebesar 18,1% yoy menjadi 2,4 juta ton. Tren positif ini menunjukkan permintaan pasar yang kuat terhadap komoditas tersebut.

Budi Rustanto memproyeksikan bahwa total penjualan batubara United Tractors akan meningkat sekitar 6,5% yoy menjadi 14 juta ton sepanjang tahun 2025, termasuk penjualan dari pihak eksternal. Khusus untuk penjualan batubara milik sendiri, “Kami memproyeksikan penjualan batubara milik sendiri akan mencapai 11,1 juta ton dengan kontribusi batubara metalurgi sebesar 3,8 juta ton,” jelas Budi, menunjukkan kontribusi signifikan dari segmen batubara metalurgi yang bernilai tinggi.

United Tractors (UNTR) Yakin Kinerjanya Tumbuh Positif pada Semester II-2025

Diversifikasi ke pertambangan emas juga membuahkan hasil positif. Volume penjualan emas UNTR meningkat 11,7% yoy mencapai 143.000 ons hingga Juli 2025. Manajemen United Tractors menargetkan penjualan emas sebesar 240.000 ons untuk tahun 2025, dengan kontribusi signifikan dari tambang Martabe sebesar 220.000 ons dan tambang PT Sumbawa Juta Raya (SJR) sekitar 20.000 ons.

Peningkatan harga emas global menjadi faktor krusial yang dapat berfungsi sebagai penyangga kuat bagi kinerja UNTR, khususnya jika segmen terkait batubara menghadapi tekanan akibat penurunan harga komoditas. Ini memperkuat alasan perusahaan untuk terus mengembangkan portofolio non-batubara.

Segmen pertambangan nikel turut menyumbang performa yang menjanjikan. Volume penjualan bijih nikel dari Stargate Pacific Resources melonjak 17,6% yoy menjadi 1,29 juta wmt (wet metric ton) hingga Juli 2025. Penjualan ini terdiri dari 876 ribu wmt limonit dan 415 ribu wmt saprolit, menunjukkan aktivitas yang sehat di lini bisnis ini. Manajemen UNTR pun tetap optimis dengan target penjualan bijih nikel sebesar 2 juta wmt untuk sepanjang tahun 2025, sejalan dengan upaya diversifikasi bisnis.

Di tengah ambisi ekspansi, beberapa analis juga menyoroti potensi risiko. Henry Wibowo, Analis JP Morgan Sekuritas, dalam risetnya pada 28 Agustus 2025, mengungkapkan bahwa manajemen UNTR secara aktif menjajaki peluang merger dan akuisisi (M&A) di luar negeri pada sektor pertambangan mineral, dengan target nilai ideal antara US$500 juta hingga US$1 miliar. Langkah ini menunjukkan keseriusan United Tractors dalam memperkuat posisinya di pasar global.

Namun, Henry juga menggarisbawahi adanya peningkatan ketidakpastian terhadap visibilitas pendapatan dan ketahanan arus kas UNTR. Faktor utama yang menjadi perhatian adalah pelemahan harga batubara yang berkelanjutan serta kenaikan biaya operasional di tambang emas Martabe. Senada, Reggie Parengkuan, Analis Indopremier Sekuritas, dalam risetnya pada 25 Agustus 2025, menegaskan bahwa sentimen kunci yang perlu dicermati untuk kinerja UNTR di semester II 2025 adalah risiko utama berupa harga batubara yang melemah. Kondisi ini berpotensi menekan margin PT Tuah Turangga Agung (TTA) dan membebani volume produksi batubara PT Pamapersada Nusantara (Pama), yang merupakan anak usaha strategis UNTR.

Menutup analisisnya, Budi Rustanto memproyeksikan pendapatan UNTR di tahun 2025 akan mencapai Rp 141,69 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 18,49 triliun. Angka ini dibandingkan dengan pendapatan Rp 134,42 triliun dan laba bersih Rp 19,53 triliun yang dicapai United Tractors pada tahun 2024. Proyeksi ini mengindikasikan pertumbuhan pendapatan namun dengan sedikit koreksi pada laba bersih dibandingkan tahun sebelumnya, sejalan dengan strategi diversifikasi yang sedang berjalan.

Melihat prospek UNTR, para analis memiliki pandangan yang bervariasi. Budi Rustanto merekomendasikan buy saham UNTR dengan target harga Rp 29.000 per saham. Di sisi lain, Henry Wibowo dari JP Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi netral dengan target harga Rp 23.000 per saham. Sementara itu, Reggie Parengkuan dari Indopremier Sekuritas merekomendasikan hold saham UNTR dengan target harga Rp 24.000 per saham, mencerminkan kehati-hatian terhadap faktor risiko yang ada.

United Tractors (UNTR) Raih Kenaikan Penjualan Alat Berat 27,06% pada Semester I-2025

Grafik harga saham UNTR oleh TradingView