
Ussindonesia.co.id – JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat penurunan pendapatan pada Januari – September 2025. Faktor permintaan diproyeksi menjadi penentu kinerja INTP ke depan.
INTP membukukan pendapatan Rp 12,91 triliun per September 2025, turun 3,07% secara year on year (yoy). Sementara laba bersih INTP tumbuh tipis 0,95% secara yoy menjadi Rp 1,06 triliun hingga kuartal III – 2025.
Eka Rahmah, Analis Binaartha Sekuritas mencatat permintaan semen domestik turun 3,8% yoy menjadi 6,08 juta ton pada Oktober 2025, meskipun ada sedikit peningkatan di segmen semen kantong di Jawa (naik 0,5%). Permintaan di luar Jawa melemah 2,1% yoy, sementara penjualan semen curah terkontraksi lebih tajam, turun 8,7% yoy di Jawa dan menurun 13,2% yoy di luar Jawa.
“Pelemahan ini mencerminkan aktivitas konstruksi yang lebih lemah dan datangnya musim hujan lebih awal,” ujar Eka dalam risetnya pada 26 November 2025.
PP Presisi (PPRE) Dapat Kontrak Baru Operasi Tambang di Halmahera
Eka mencatat, sepanjang Januari – Oktober 2025, penjualan semen domestik tetap turun 3,2% yoy menjadi 50,68 juta ton. Hal ini menyoroti tekanan yang terus berlanjut dari daya beli yang lemah dan eksekusi infrastruktur yang lebih lambat.
Adapun, volume penjualan semen INTP pada bulan Oktober turun 7,7% yoy, didorong oleh melemahnya penjualan semen curah (turun 16,3%) dan melemahnya penjualan semen kantong (turun 3,4%). Penurunan ini sebagian disebabkan oleh keputusan manajemen untuk menaikkan harga menjelang musim puncak kuartal IV – 2025 yang biasa terjadi. Akibatnya, pangsa pasar turun tipis menjadi 29,1% dari 29,6% pada tahun sebelumnya.
“Untuk Sembilan bulan 2025, total volume penjualan INTP turun 2,0% yoy menjadi 14,4 juta ton, sementara volume kuartal III – 2025 mencapai 5,78 juta ton, turun 1,4% yoy,” terang Eka.
Manajemen telah merevisi proyeksi volume tahun 2025 dari datar menjadi terkontraksi 2% hingga 3%. Ini mencerminkan melemahnya permintaan dan tertundanya pelaksanaan proyek.
Saham Eks MSCI Mulai Rebound, Analis Menilai Tekanan Asing Mulai Mereda
“Ke depannya, INTP menargetkan pertumbuhan volume 1% hingga 4% pada tahun 2026. Didukung oleh peningkatan belanja Kementerian Pekerjaan Umum, program tiga juta unit rumah, perpanjangan insentif PPN untuk pembelian rumah tinggal, dan pemulihan aktivitas infrastruktur,” jelas Eka.
Kepala Riset Ina Sekuritas, Arief Machrus memperkirakan permintaan semen domestik Indonesia turun sekitar 3% pada tahun 2025. Hal ini karena belanja infrastruktur yang lebih rendah dan permintaan konsumen yang lemah. Akan tetapi akan pulih secara bertahap pada tahun fiskal 2026 dengan pertumbuhan sekitar 1% yoy.
Pemulihan ini akan didukung oleh anggaran Pekerjaan Umum Tahun Fiskal 2026 yang lebih tinggi, insentif PPN untuk pembelian rumah yang diperpanjang hingga tahun fiskal 2027, penurunan suku bunga, dan stimulus fiskal. Peningkatan logistik melalui jalan tol dan pelabuhan baru, beserta ekspansi INTP, akan memperkuat distribusi dan keberadaan pasar.
Arief mempertahankan pandangan positif yang hati-hati terhadap INTP, didukung oleh margin yang tangguh, arus kas bebas yang kuat, dan potensi pembayaran dividen yang lebih tinggi. Meskipun permintaan tahun 2025 diperkirakan menurun, pemulihan akan terjadi, didorong oleh belanja infrastruktur publik, penyesuaian harga, dan efisiensi biaya.
“Profitabilitas tetap didukung oleh pengendalian biaya, bahan bakar alternatif, harga batu bara yang lebih rendah, dan posisi kas bersih yang solid,” ucap Arief dalam risetnya pada 13 November 2025.
Arief menambahkan, langkah-langkah penghematan biaya dan program buyback saham yang sedang berlangsung akan membantu memitigasi risiko penurunan. Tetapi potensi kenaikan penilaian ulang valuasi masih terbatas di tengah ketidakpastian volume dan prospek harga.
Miftahul Khaer, Research Analyst Kiwoom Sekuritas mengatakan, secara umum prospek INTP di kuartal IV – 2025 masih cukup moderat. Permintaan semen domestik masih lesu dan industri menghadapi tantangan dari kondisi over capacity. Sehingga persaingan masih jadi pekerjaan rumah utama khusus karena berdampak pada persaingan harga yang cukup ketat.
“Tekanan biaya energi dan logistik juga bisa menggerus margin jika permintaan belum pulih,” ujar Miftahul kepada Kontan, Rabu (26/11/2025).
Miftahul melihat faktor pendorong INTP bisa datang jika proyek infrastruktur dan konstruksi perumahan mulai bergerak lagi, harapannya bisa mendorong permintaan.
Selain itu kondisi suku bunga yang diproyeksi akan semakin suportif diperkirakan bisa jadi katalis pendorong di periode mendatang.
Eka memproyeksikan pendapatan dan laba bersih INTP tahun 2025 masing – masing Rp 18,9 triliun dan Rp 2,03 triliun. Adapun pada tahun 2024, INTP mengantongi pendapatan Rp 18,54 triliun dan laba bersih Rp 2 triliun.
Eka dan Arief merekomendasikan buy saham INTP dengan target harga masing – masing Rp 8.500 per saham dan Rp 7.900 per saham. Sementara Miftahul merekomendasikan short trading INTP dengan target harga Rp 7.000 per saham.