JAKARTA – Nilai tukar Rupiah spot menunjukkan kinerja positif pada akhir perdagangan Senin (11/8/2025). Mata uang domestik ini berhasil menguat 0,08%, ditutup pada posisi Rp 16.280 per dolar Amerika Serikat (AS). Kenaikan ini signifikan dibandingkan penutupan akhir pekan sebelumnya yang berada di level Rp 16.293 per dolar AS.
Kinerja penguatan Rupiah ini sejalan dengan tren mayoritas mata uang di kawasan Asia. Beberapa mata uang regional terpantau menunjukkan kenaikan signifikan terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia dan Yen Jepang memimpin penguatan dengan masing-masing melonjak 0,24%. Disusul Dolar Singapura yang naik 0,09%, serta Peso Filipina dan Rupiah yang sama-sama mencatat penguatan 0,08%. Rupee India juga menguat 0,03%, sementara Dolar Hong Kong stabil dengan kenaikan tipis 0,001%.
Di sisi lain, tidak semua mata uang Asia mampu menahan tekanan dari dolar AS. Beberapa di antaranya justru mencatat pelemahan pada sore hari tersebut. Dolar Taiwan menjadi mata uang dengan penurunan terbesar, melemah 0,25%. Disusul oleh Baht Thailand yang turun 0,08%, Won Korea melemah 0,05%, dan Yuan China yang mengalami penurunan tipis 0,02%.
Pergerakan nilai tukar Rupiah pada hari Senin (11/8) ini memang telah diawali dengan optimisme. Pada pembukaan perdagangan, Rupiah sempat menunjukkan penguatan yang lebih signifikan, berada di level Rp 16.250 per dolar AS, sebelum kemudian sedikit terkoreksi namun tetap berakhir positif pada penutupan.
Terlepas dari penguatan mayoritas mata uang Asia, Indeks Dolar yang merefleksikan kekuatan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia justru terpantau mengalami kenaikan. Indeks ini tercatat di level 98,20, sedikit meningkat dari posisi akhir pekan sebelumnya di 98,18. Ini menunjukkan dinamika kompleks di pasar mata uang global, di mana penguatan di satu sisi dapat diimbangi oleh kondisi di sisi lainnya.
Ringkasan
Pada tanggal 11 Agustus 2025, Rupiah menunjukkan penguatan terhadap Dolar AS, ditutup pada Rp 16.280 per dolar, naik 0,08% dari akhir pekan sebelumnya. Penguatan Rupiah ini sejalan dengan tren mayoritas mata uang Asia lainnya seperti Ringgit Malaysia, Yen Jepang, dan Dolar Singapura.
Meskipun demikian, beberapa mata uang Asia lainnya mengalami pelemahan terhadap Dolar AS, dipimpin oleh Dolar Taiwan, diikuti Baht Thailand, Won Korea, dan Yuan China. Indeks Dolar, yang merefleksikan kekuatan Dolar AS terhadap mata uang utama dunia, justru mengalami kenaikan pada hari yang sama.