Ussindonesia.co.id JAKARTA — Sejumlah saham komoditas tercatat menjadi penekan utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang 11–15 Agustus 2025, menandai adanya rotasi sektor yang dilakukan para investor.
Melansir data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sepekan berhasil naik 4,84% ke level 7.898,37. Namun, indeks sektor bahan baku justru terkoreksi 2,89% seiring tekanan pada sejumlah saham komoditas.
Emiten tambang emas PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) misalnya, turun sebesar 10,12% dalam sepekan. Pelemahan ini menjadikan MDKA sebagai salah satu saham penekan terbesar IHSG dengan kontribusi negatif 6,9 poin.
: Petinggi Amman Mineral (AMMN) Kompak Jual Saham, Nilai Tembus Rp600 Miliar
Merdeka Copper Gold Tbk. – TradingView
Perusahaan holding konglomerat Prajogo Pangestu yakni PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) juga turun 7,32% dan membebani indeks komposit 11,1 poin. Saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) yang memproduksi emas hingga nikel melemah 6,15% juga memberikan bobot negatif 3,9 poin.
Pada saat bersamaan, ANTM juga menjadi saham yang paling banyak dijual asing selama sepekan dengan nilai jual bersih mencapai Rp328,5 miliar.
: : 10 Rights Issue di BEI Raup Rp16,62 Triliun hingga Pertengahan Agustus, 4 Perusahaan Sedang Antre
Selanjutnya saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) ikut terkoreksi 7,98%, sementara saham PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) juga turun 1,72% dengan dampak negatif sebesar 4,7 poin terhadap IHSG.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menyampaikan pelemahan sejumlah saham komoditas tidak terlepas dari tren rotasi sektor yang kini terjadi di pasar.
: : Tabel Harga Emas Antam, Galeri24, dan UBS di Pegadaian Hari Ini Senin, 18 Agustus 2025
Menurutnya, investor asing maupun domestik terlihat mulai memindahkan portofolio ke sektor lain yang lebih menjanjikan secara fundamental.
“Fenomena lain yang perlu diperhatikan adalah rotasi sektor. Emiten-emiten yang sebelumnya berada di fase lagging bisa masuk ke improving sector, lalu berpotensi naik ke leading sector seiring membaiknya kinerja saham sektoral,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (18/8/2025).
Dia menambahkan rotasi sektor akan menjadi penopang tren bullish IHSG hingga kuartal III/2025 atau bahkan berlanjut ke kuartal IV/2025, terutama jika arus modal asing terus masuk ke sektor perbankan dan telekomunikasi.
Secara teknikal, tren utama IHSG masih berada dalam fase bullish jangka panjang atau secular uptrend. Nafan memperkirakan koreksi yang mungkin terjadi akan cenderung bersifat sementara, bukan pembalikan tren.
“Strategi portofolio yang rasional saat ini adalah akumulasi bertahap pada saham dengan prospek fundamental solid. Investor juga perlu melakukan realisasi profit dan menjalankan manajemen risiko secara efektif,” ujar Nafan.
_____
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.