Jakarta, IDN Times – Pergerakan IHSG mulai pulih sejak kemarin, Selasa (2/9/2025), setelah anjlok cukup dalam pada Senin, 1 September, karena demonstrasi besar-besaran di Indonesia.
Hari ini, Rabu, 3 September, IHSG dibuka menguat 42,04 poin atau 0,54 persen ke level 7.843,63, dan ditutup menguat 84,27 poin 1,08 persen ke 7.885,86.
Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan selain sentimen positif dampak perekonomian global yang membaik, pembalikan IHSG yang cepat mencerminkan kepercayaan investor terhadap kinerja emiten di bursa saham.
4 Cara Lindungi Investasi Saham dari Volatilitas akibat Fake News 1. Perubahan aturan trading halt berpengaruh
Selain itu, Hans juga menyoroti langkah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang mengubah aturan trading halt dan menyediakan mekanisme buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk menenangkan pasar.
“Fundamental ekonomi kita bagus. Langkah pengawasan dan pengaturan OJK sangat baik, dan kerja sama dengan Kementerian Perekonomian juga membantu menenangkan pelaku pasar,” tutur Hans dalam keterangannya.
Strategi Investasi Saham Agresif vs Defensif: Mana Pilihanmu? 2. Kinerja PMI manufaktur juga disorot
Selain itu, pelaku pasar juga dinilai menyoroti Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang kembali naik di atas angka 50. Dari sisi global, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh perkembangan di Amerika Serikat (AS), seperti intervensi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump terhadap Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed), serta keputusan pengadilan terkait tarif impor.
Hans menyatakan, investor asing masih melihat potensi besar di pasar saham Indonesia.
“Banyak investor percaya bahwa saham-saham emerging market memiliki peluang pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan negara maju. Dampak demo diperkirakan hanya bersifat sementara,” ucap dia.
4 Tanda Kamu Siap Terjun ke Dunia Investasi Saham, Jangan Asal Masuk! 3. Prediksi pergerakan IHSG
Tak main-main, Hans memprediksi IHSG ke depannya akan bergerak di kisaran 7.800 hingga 8.100.
Dia menilai, potensi penurunan sudah terbatas mengingat valuasi saham Indonesia yang relatif murah.