Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada akhir perdagangan Jumat (19/9), ditutup naik 42,68 poin atau 0,53 persen ke level 8.051.
Namun, sorotan utama pasar justru tertuju pada lonjakan nilai transaksi harian yang menembus Rp 66,78 triliun. Angka ini lebih dari dua kali lipat dibandingkan perdagangan Kamis (18/9) senilai Rp 21,93 triliun.
Analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, menjelaskan lonjakan tersebut terutama dipicu transaksi crossing atau block trade dalam jumlah jumbo. “Kenaikan nilai transaksi hari ini lebih karena ada crossing dalam skala besar, bukan murni karena investor ramai-ramai membeli saham di pasar reguler,” ujarnya kepada kumparan, dikutip Sabtu (20/9).
Crossing atau block trade merupakan transaksi jual-beli saham dalam jumlah besar yang umumnya terjadi di luar pasar reguler antar institusi atau broker.
Salah satu transaksi besar yang tercatat yakni saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Mengutip data RTI, transaksi DSSA di pasar negosiasi mencapai Rp 32,4 triliun pada Jumat (20/9). Harga saham DSSA pun naik 3,4 persen ke Rp 114.150 per saham, dengan total volume 2.998.696 saham dan empat kali transaksi di pasar negosiasi.
Di pasar reguler, saham DSSA juga menguat 4,46 persen ke Rp 114.150 per saham, dengan frekuensi 5.081 kali dan volume 3.372.180 saham. Saham DSSA sempat menyentuh level tertinggi Rp 114.150 dan terendah Rp 107.800 sepanjang perdagangan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), kepemilikan saham DSSA terdiri dari PT Sinar Mas Tunggal sebesar 59,9 persen, saham treasury 19,75 persen, dan masyarakat 20,4 persen.
Sementara itu, Global Market Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai penguatan IHSG mencerminkan respons positif investor terhadap kebijakan moneter global maupun domestik. “Kalau saya lihat, banyak pergerakan dari investor lokal, tapi investor asing juga ikut masuk,” ujarnya.
Menurut Myrdal, iklim investasi di Indonesia saat ini relatif kondusif meski rupiah sempat melemah. Ia menyebut penguatan IHSG menunjukkan optimisme investor terhadap kebijakan penurunan suku bunga yang dilakukan The Fed dan Bank Indonesia.
Penguatan tak hanya terjadi pada saham-saham konglomerasi, tetapi juga merata di sejumlah sektor lain. “Ada sektor rokok, perbankan, hingga komoditas yang ikut naik. Sentimen di sektor rokok misalnya, didorong pernyataan Menteri Keuangan terkait kebijakan cukai,” jelasnya.