Ussindonesia.co.id – , JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup menguat pada perdagangan Senin (8/9/2025) waktu setempat seiring dengan keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan segera memangkas suku bunga untuk menopang pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan data awal dari Reuters pada Selasa (9/9/2025), indeks S&P 500 naik 0,21% menjadi 6.495,15. Nasdaq menguat 0,45% ke level 21.798,70, sedangkan Dow Jones Industrial Average menguat 0,25% ke 45.514,95.
Ekspektasi pemangkasan suku bunga semakin menguat setelah laporan ketenagakerjaan non-pertanian (nonfarm payrolls) pada Jumat lalu menunjukkan pelemahan pasar tenaga kerja AS. Laporan tersebut sebelumnya sempat menekan Wall Street dan memicu kekhawatiran perlambatan ekonomi terbesar dunia.
: Hilal The Fed Pangkas Suku Bunga Makin Jelas, Harga Emas Makin Berkilau
Berdasarkan CME FedWatch Tool, pelaku pasar sepenuhnya memperkirakan pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan kebijakan The Fed yang berakhir 17 September. Probabilitas pemangkasan lebih besar, yakni 50 bps, masih terbatas sekitar 10%.
“Fokus pasar saat ini ada pada keputusan The Fed pekan depan. Pasar sudah memperhitungkan pemangkasan 25 bps. Jika ada yang membeli karena berharap 50 bps, itu tidak akan terjadi,” ujar Jake Dollarhide, CEO Longbow Asset Management di Tulsa, Oklahoma.
: : Ini 3 Nama Calon Ketua The Fed Pilihan Donald Trump
Sejumlah perusahaan sekuritas juga merevisi proyeksi mereka. Barclays kini memperkirakan tiga kali pemangkasan suku bunga masing-masing 25 bps pada 2025, dari sebelumnya dua kali. Sementara itu, Standard Chartered memperkirakan pemangkasan 50 bps pada September, naik dari proyeksi sebelumnya 25 bps.
Dari sisi emiten, Broadcom melanjutkan reli sejak pekan lalu setelah memproyeksikan pertumbuhan signifikan dari pendapatan terkait kecerdasan buatan (AI). Kapitalisasi pasarnya kini mencapai US$1,6 triliun, menjadikannya perusahaan ketujuh paling bernilai di Wall Street.
: : Pejabat The Fed Beri Sinyal Soal Pemangkasan Suku Bunga
Sepanjang pekan ini, investor menantikan rilis data inflasi serta revisi data ketenagakerjaan acuan dari Bureau of Labor Statistics untuk melihat kondisi ekonomi AS lebih jelas dan menilai kemungkinan pemangkasan suku bunga yang lebih agresif.
“Risiko perlambatan dari pasar tenaga kerja bisa mengalahkan tekanan inflasi, karena The Fed saat ini menilai inflasi akibat tarif hanya sebagai lonjakan harga sementara,” kata Jeff Schulze, Kepala Strategi Ekonomi dan Pasar Clearbridge Investments.