BI Proyeksikan Ekonomi Global Tahun Ini Hanya Tumbuh 3,1 Persen, Lebih Rendah dari 2024

Ussindonesia.co.id – , JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memandang perekonomian global mengalami perlambatan pada tahun ini di tengah berbagai dinamika perpolitikan serta ekspektasi kebijakan suku bunga yang menekan pergerakan ekonomi. Diproyeksikan, sepanjang tahun ini ekonomi global hanya mampu tumbuh 3,1 persen.

“Ketidakpastian pasar keuangan global kembali meningkat di tengah terjadinya temporary government shutdown dan arah suku bunga kebijakan moneter Amerika Serikat (AS),” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulan November 2025 yang digelar secara daring, Rabu (19/11/2025).

Ia menerangkan BI melihat pertumbuhan ekonomi AS masih melambat akibat berlanjutnya dampak tarif dagang AS dan sempat berhentinya aktivitas pemerintah yang terlama sepanjang sejarah hingga berdampak pada tetap lemahnya kondisi ketenagakerjaan AS.

Perlambatan ekonomi juga terjadi di Jepang, China, dan India akibat permintaan domestik yang belum kuat. Sementara itu, ekonomi Eropa tumbuh lebih tinggi dari perkiraan akibat realisasi pertumbuhan pada kuartal III 2025 yang ditopang peningkatan konsumsi rumah tangga dan investasi seiring pelonggaran kebijakan moneter.

“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025 diprakirakan tetap sekitar 3,1 persen, lebih rendah dari realisasi pada tahun 2024,” ungkapnya.

Perry melanjutkan dari pasar keuangan, ketidakpastian kembali meningkat dipengaruhi oleh penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS yang dinilai pasar lebih berhati-hati (less dovish). Kebijakan tarif yang menahan penurunan inflasi AS serta kondisi pasar tenaga kerja yang belum kuat akibat kebijakan imigrasi dan berhentinya aktivitas pemerintah di AS diperkirakan mendorong The Fed menahan penurunan Fed Funds Rate (FFR) di sisa tahun 2025.

Kemudian, aliran modal global ke komoditas emas dan aset keuangan AS sebagai safe haven assets terus berlanjut sehingga mendorong peningkatan harga emas dan penguatan indeks mata uang dolar AS (DXY). Sementara itu, aliran modal ke emerging market (EM) lebih terbatas ke pasar saham.

“Perkembangan ini memerlukan kewaspadaan dan penguatan respons kebijakan untuk memitigasi dampak rambatan global, menjaga ketahanan eksternal, serta mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri dengan tetap menjaga stabilitas,” terangnya.