
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Laporan Deloitte Southeast Asia menyebutkan aktivitas penawaran umum perdana saham atau IPO Indonesia sepanjang 2025 didorong oleh sektor industri, energi, konsumer, dan layanan kesehatan.
Tay Hwee Ling, Capital Markets Services Leader Deloitte Southeast Asia mengatakan tren ini menunjukkan preferensi investor terhadap perusahaan dengan fundamental kuat, prospek jangka panjang, dan dukungan pemerintah.
“Sektor infrastruktur dan energi, khususnya energi terbarukan, juga mencatat peningkatan minat seiring meningkatnya pipeline proyek strategis Indonesia dan percepatan transisi menuju energi bersih,” ujarnya, Selasa (18/11/2025).
: Detail Bocoran Ketentuan Saham Free Float untuk Calon Emiten Baru
Hwee Ling menambahkan meski sentimen pasar menguat setelah pemilu, investor tetap berhati-hati di tengah tekanan makroekonomi seperti penurunan harga komoditas, ketegangan perdagangan global, dan penyesuaian tenaga kerja.
“Pipeline IPO pada kuartal IV/2025 mencakup perusahaan teknologi, logistik, dan jasa keuangan, yang diperkirakan menarik minat besar apabila mereka mampu menunjukkan profitabilitas dan ketahanan yang jelas,” tuturnya.
: : Peta IPO Regional 2025: Malaysia Unggul Jumlah Perusahaan, Singapura Catat Nilai Tertinggi
Hingga 15 November 2025, Indonesia menempati posisi kedua dengan jumlah IPO terbanyak di Asia Tenggara dengan jumlah mencapai 24 emiten. Posisi tersebut hanya kalah dari Malaysia yang membukukan 48 IPO.
Namun, dari segi nilai, Indonesia cukup tertinggal dibandingkan dengan negara kawasan lain. Indonesia tercatat meraih nilai terhimpun US$921 juta atau setara Rp15,35 triliun, Singapura yang meraih US$1,6 miliar, Malaysia membukukan US$1,11 miliar, dan Vietnam mencapai US$1 miliar.
: : Pesona Saham Keluarga Bakrie, Saat Emiten 7 Samurai Manggung Kembali (BUMI, BRMS, Hingga ENRG)
Secara keseluruhan, terdapat 102 IPO di enam bursa utama Asia Tenggara yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Filipina dengan total penghimpunan dana sekitar US$ 5,6 miliar atau setara dengan Rp93,3 triliun.
Hwee Ling menuturkan bahwa meski jumlah IPO turun, total dana yang dihimpun di kawasan ini mengalami kenaikan 53% dalam 10,5 bulan pertama 2025 jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
“Hal ini didorong ukuran transaksi yang lebih besar, pergeseran dinamika sektor, serta kinerja yang stabil di Singapura, Vietnam, Malaysia, dan Indonesia,” pungkas Hwee Ling.
Merdeka Grup- TradingView
—
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.