Dividen Bank Jumbo 2025: Tetap Gede Meski Kinerja Tertekan?

JAKARTA – Para pengamat pasar memproyeksikan bahwa prospek dividen sektor perbankan tahun ini akan tetap menjanjikan, meskipun industri ini menghadapi sejumlah tantangan. Ekky Topan, seorang Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, menegaskan bahwa bank-bank besar masih ditopang oleh posisi permodalan (CAR) yang kokoh dan profitabilitas yang stabil, membuka peluang besar bagi mereka untuk terus mendistribusikan dividen kepada para pemegang saham.

Ekky menambahkan, khususnya bagi bank BUMN, kehadiran Danantara diyakini akan mendorong kebijakan pembagian dividen yang setidaknya setara atau bahkan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun pertumbuhan laba mungkin melambat, rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio diperkirakan akan tetap stabil, strategi yang krusial untuk menjaga kepercayaan investor. Secara keseluruhan, Ekky meyakini bahwa dividen dari sektor perbankan, terutama dari bank-bank besar seperti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), akan terus menjadi magnet bagi investor jangka menengah.

Senada dengan pandangan tersebut, Myrdal Gunarto, seorang Global Market Economist dari Maybank Indonesia, juga memprediksi peningkatan dividen perbankan. Ia menyoroti beberapa faktor pendorong utama, termasuk iklim suku bunga yang semakin kondusif, serta kebijakan injeksi likuiditas yang dilakukan pemerintah pusat kepada Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan bank-bank regional. Selain itu, potensi masuknya aliran dana segar dari pasar saham dan obligasi negara, ditambah dengan Penanaman Modal Asing (FDI) yang terus mengalir ke Indonesia, turut memperkuat optimisme ini.

Myrdal menjelaskan bahwa sinergi antara faktor-faktor makroekonomi ini akan berpadu dengan kontribusi sektor perbankan, yang pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas bank. Ia menambahkan, bank-bank yang mampu memperbaiki margin bisnisnya diproyeksikan akan mampu membukukan angka dividen yang lebih substansial di tahun mendatang. Terkhusus untuk Himbara, Myrdal melihat peluang peningkatan rasio dividen yang kuat, mengingat dukungan penuh dari pemerintah terhadap program-program pembangunan prioritas. Dengan demikian, prospek dividen bagi Himbara atau bank BUMN dinilai sangat menjanjikan.

Melanjutkan pembahasan mengenai kebijakan dividen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebelumnya telah mengumumkan rencana untuk mempertahankan dividend payout ratio di kisaran 60%. Novita Widya Anggraini, Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri, menjelaskan bahwa keputusan ini didasarkan pada pertimbangan matang terhadap aspek fundamental perusahaan dan harapan pemegang saham. Menurutnya, dalam menetapkan besaran dividen dan rasionya, perseroan selalu memperhatikan kecukupan modal dan kesehatan finansial Bank Mandiri, serta rencana ekspansi bisnis di masa depan untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan.

Novita lebih lanjut menegaskan bahwa opsi untuk mendistribusikan dividen interim senantiasa terbuka bagi Bank Mandiri, meskipun hingga saat ini belum ada rencana spesifik yang ditetapkan. Setiap kebijakan dividen, termasuk dividen interim, akan selalu dipertimbangkan secara cermat dengan mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Apabila di masa mendatang perseroan memutuskan untuk merealisasikan dividen interim, informasi tersebut akan disampaikan secara transparan kepada seluruh pemegang saham dan publik, sesuai dengan komitmen perusahaan.

Beralih ke Bank Central Asia (BBCA), John Kosasih, Wakil Presiden Direktur BCA, juga memberikan gambaran mengenai prospek dividen bagi pemegang saham BBCA. Ia menjelaskan bahwa dalam pembagian dividen setiap tahunnya, perseroan mempertimbangkan berbagai aspek penting. Ini meliputi keseimbangan antara kebutuhan permodalan, kapasitas penyaluran kredit, kepentingan para pemegang saham, serta manajemen risiko dan kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perusahaan.

John menegaskan bahwa secara historis, dividen BCA telah menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun, sebuah indikasi positif bagi investor. Keberadaan dividen interim juga memberikan fleksibilitas tambahan bagi investor untuk memanfaatkan arus kas, misalnya untuk melakukan reinvestasi pada saham BCA. Ia menambahkan, kinerja perseroan sepanjang tahun berjalan tetap terjaga dengan baik, baik dari sisi rentabilitas maupun kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dividen. Saat ini, dividend payout ratio BCA berada pada level yang relatif tinggi, yakni 68%, dan perseroan berharap rasio ini dapat terus dipertahankan secara konsisten.

Sebagai informasi tambahan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang diselenggarakan pada Maret 2025, BCA telah memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp300 per saham untuk tahun buku 2024. Dengan jumlah saham beredar perseroan sebanyak 123,28 miliar, total nilai dividen yang didistribusikan mencapai Rp36,98 triliun. Mengingat BCA mencatat laba bersih sebesar Rp54,8 triliun sepanjang 2024, angka ini merefleksikan dividend payout ratio sebesar 67,4% untuk kinerja tahun buku tersebut.

Ringkasan

Pengamat pasar memproyeksikan prospek dividen sektor perbankan tahun 2025 tetap menjanjikan, didukung oleh permodalan yang kokoh dan profitabilitas yang stabil, terutama pada bank-bank besar seperti Bank Mandiri, BRI, dan BCA. Kehadiran Danantara dan injeksi likuiditas pemerintah, khususnya pada Himbara, diharapkan mendorong pembagian dividen yang setara atau lebih tinggi. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) diperkirakan stabil untuk menjaga kepercayaan investor.

Bank Mandiri berencana mempertahankan dividend payout ratio di kisaran 60%, sementara BCA mempertimbangkan kebutuhan permodalan, penyaluran kredit, dan kepentingan pemegang saham dalam pembagian dividen. BCA secara historis menunjukkan tren peningkatan dividen dan berharap dapat mempertahankan dividend payout ratio yang tinggi, saat ini berada di 68%. Pada RUPST Maret 2025, BCA memutuskan membagikan dividen tunai Rp300 per saham untuk tahun buku 2024.