
Ussindonesia.co.id – JAKARTA. Harga logam mulia mengalami tekanan seiring dengan sentimen penguatan dolar AS akibat prospek pemangkasan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed.
Mengutip Trading Economics, harga emas anjlok ke bawah US$ 4.000 per ons troi, tepatnya menjadi US$ 3.985,97 per ons troi pada Selasa (04/11) pukul 20.03 WIB. Harga emas terkoreksi 0,39% dalam sehari. Harga perak juga terkoreksi 0,68% secara harian ke level US$ 47,762 per ons troi.
Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong menyampaikan bahwa faktor penyebab terjadinya koreksi terhadap harga dua komoditas di atas utamanya disebabkan oleh penguatan dolar AS yang mana sentimennya disebabkan oleh menurunnya prospek pemangkasan suku bunga The Fed.
Menilik Potensi Tiga Indeks Baru Hasil Kerja Sama BEI dengan S&P Dow Jones Indices
Untuk diketahui, indeks dolar AS (DXY) mengalami kenaikan 0,22% menjadi 100,09. Jika dilihat secara mingguan dan bulanan, indeks dolar AS mengalami penguatan masing masing 1,43% dan 2,01%.
Selain itu, meredanya tensi perkembangan kesepakatan dagang antara AS dengan China juga senantiasa menjadi salah satu pendorong yang menekan harga logam mulia.
“Penguatan dolar AS yang disebabkan oleh menurunnya prospek pemangkasan suku bunga the Fed, menyusul pernyataan hawkish pejabat-pejabat The Fed termasuk Powell. Meredanya tensi dagang China-AS juga ikut menekan harga emas,” terang Lukman kepada Kontan, Selasa (4/10/2025).
Lukman memproyeksi harga emas dan perak akan berkonsolidasi hingga akhir tahun. Harga emas diproyeksi akan menyentuh US$ 4.000 per ons troi sementara perak $48 per ons troi yang mana dinilai cukup ideal. Adapun potensi upside dan downside plus minus 3%.
Sedangkan proyeksi harga emas dan perak periode tahun depan, Lukman memperkirakan harga emas akan berpotensi kembali naik ke US$ 4.700 – US$ 5.000 ons troi dan perak jadi US$ 55 – US$ 58 ons troi.
Stasiun Tanah Abang Baru Garapan PTPP Diresmikan, Nilai Kontrak Rp 309 Miliar