
Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan hari ini, Senin (10/11/2025), dengan pelemahan tipis. Indeks ditutup pada level 8.391,24, di tengah lesunya performa sejumlah saham bank berkapitalisasi jumbo.
Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mencatatkan koreksi sebesar 0,04% untuk mencapai level 8.391,24. Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG sempat terekam di posisi 8.443,32. Meskipun ditutup melemah, IHSG sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah (all time high/ATH) intraday di level 8.478 pada sesi pertama perdagangan hari ini, menunjukkan dinamika yang signifikan sepanjang hari.
Aktivitas perdagangan hari ini membukukan nilai transaksi mencapai Rp20,65 triliun dengan volume transaksi sebanyak 43,43 miliar lembar saham, serta frekuensi transaksi sebesar 2,6 juta kali. Secara keseluruhan, kapitalisasi pasar modal Indonesia tercatat mencapai Rp15.315 triliun.
Dalam rentang pergerakan saham, sebanyak 300 saham terpantau melemah, sementara 389 saham berhasil menguat, dan 267 saham lainnya stagnan atau tidak bergerak. Tekanan jual terlihat pada deretan saham dengan nilai transaksi tinggi, terutama pada sektor perbankan.
Saham-saham bank jumbo, yang kerap menjadi penopang IHSG, kompak mengalami koreksi. Harga saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 1,15%, diikuti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) yang melorot 1,26%. Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) melemah 0,42%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) mencatat penurunan terbesar di antara keempatnya, yakni 1,78%.
Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini Senin, 10 November 2025
Di sisi lain, beberapa saham dengan transaksi tinggi justru melonjak signifikan. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) misalnya, berhasil terbang 9,84%. Tak hanya itu, saham PT Sinergi Inti Andalan Tbk. (INET) juga mencatatkan kenaikan impresif sebesar 25% dan masuk dalam jajaran top gainers pada perdagangan hari ini.
IHSG Hari Ini Dibuka Menguat 0,42%, GOTO Terbang 9,84% di Tengah Kabar Merger Grab
Beberapa saham yang mencatatkan kinerja harga paling jeblok atau masuk kategori top losers antara lain PT Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA) yang anjlok 12%, PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk. (PGLI) turun 11,02%, dan PT Tira Austenite Tbk. (TIRA) yang melemah 10,06%. Sebaliknya, daftar saham dengan kinerja paling kinclong atau top gainers meliputi PT Urban Jakarta Propertindo Tbk. (URBN) yang meroket 34,78%, PT Berkah Prima Perkasa Tbk. (BLUE) naik 25%, serta INET yang melonjak 25%.
Sebagai informasi tambahan, pada perdagangan sebelumnya, Jumat (7/11/2025), IHSG juga sempat mencatatkan penguatan yang cukup solid sebesar 0,69%, menutup pekan di level 8.394,59.
Menanggapi pergerakan pasar, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah, menjelaskan bahwa IHSG pekan lalu sempat menorehkan rekor-rekor baru. Catatan positif ini dicapai berkat aksi beli bersih investor asing senilai Rp3,3 triliun dalam sepekan terakhir, didukung oleh sentimen positif dari data ekonomi domestik yang menunjukkan kekokohan.
“Pasar Indonesia menunjukkan resiliensi yang kuat,” ujar Hari dalam keterangan tertulisnya hari ini. Ia menambahkan bahwa pencapaian IHSG ini terjadi di tengah tekanan yang melanda pasar global, khususnya Wall Street, yang mengalami koreksi akibat kekhawatiran terhadap valuasi saham-saham teknologi berbasis AI. Investor asing melihat valuasi yang atraktif di pasar Indonesia, didukung oleh pertumbuhan PDB sebesar 5,04% dan inflasi yang terkendali di angka 2,86%.
Untuk pekan ini, 10-14 November 2025, Hari memprediksi IHSG akan memasuki fase konsolidasi dengan pergerakan sideways. Indeks diperkirakan akan bergerak dalam kisaran support di level 8.260 dan resistance di level 8.620. Secara global, pasar diperkirakan akan bergerak hati-hati menyusul ketidakpastian arah kebijakan The Fed serta rilis data ekonomi penting dari Amerika Serikat. Di ranah domestik, pelaku pasar akan mencermati perkembangan kebijakan pemerintah terkait pengawasan rokok ilegal dan cukai hasil tembakau, yang berpotensi memengaruhi kinerja sektor konsumer.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.