
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), emiten rumah sakit milik taipan Dato Sri Tahir, mengalami tekanan cukup berat sepanjang sembilan bulan pertama 2025. Berdasarkan laporan keuangan, SRAJ membukukan rugi bersih sebesar Rp 88,46 miliar hingga akhir kuartal III-2025, berbalik dari laba Rp 8,24 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Merosotnya laba bersih ini membuat rugi per saham dasar ikut melebar menjadi Rp 7,23 dari sebelumnya laba Rp 0,69. Sementara itu, pendapatan perusahaan turun 8,72% secara tahunan menjadi Rp 1,87 triliun per September 2025.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan, penurunan kinerja SRAJ terutama disebabkan oleh kenaikan beban operasional dan keuangan yang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pendapatan.
“Beban administrasi dan penjualan meningkat signifikan seiring dengan ekspansi jaringan rumah sakit yang dilakukan perusahaan dalam beberapa tahun terakhir. Jadi, pelemahan ini lebih karena faktor internal efisiensi dan struktur biaya, bukan perlambatan sektor rumah sakit secara keseluruhan,” ujar Ekky kepada Kontan, Senin (10/11/2025).
Saham GOTO Melonjak Saat Isu Merger dengan Grab Berhembus, Cermati Rekomendasinya
Ia menambahkan, sektor kesehatan sebenarnya masih memiliki prospek cerah dengan permintaan layanan medis yang terus meningkat, baik dari pasien umum maupun peserta BPJS. Namun, ekspansi yang agresif tanpa efisiensi biaya justru bisa membebani margin. “Manajemen perlu fokus pada pengendalian beban dan optimalisasi utilisasi rumah sakit agar margin bisa membaik. Dengan strategi efisiensi dan perbaikan struktur pendanaan, SRAJ masih berpeluang mempersempit kerugian di sisa tahun ini, meski peluang kembali mencetak laba signifikan baru akan terlihat pada 2026,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ekky menilai prospek sektor rumah sakit dan kesehatan di 2026 tetap positif, didorong oleh pertumbuhan kelas menengah dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan pascapandemi. “Permintaan layanan kesehatan masih besar, terutama di kota-kota lapis kedua yang kini mulai menjadi fokus ekspansi banyak operator rumah sakit,” tambahnya.
Sementara dari sisi teknikal, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, memproyeksikan pergerakan saham SRAJ masih berada dalam fase downtrend jangka pendek. Meski begitu, saham ini masih bergerak di sekitar area MA20 dengan munculnya volume pembelian terbatas.
“Indikator MACD dan Stochastic masih menunjukkan potensi koreksi lanjutan. Untuk saat ini, kami merekomendasikan wait and see dengan area support di 11.000 dan resistance di 11.800,” ungkapnya.
Herditya menambahkan, momentum pemulihan saham SRAJ kemungkinan baru akan muncul apabila kinerja keuangan menunjukkan tanda-tanda perbaikan di laporan kuartal IV-2025 atau awal tahun depan.
“Selama belum ada katalis fundamental baru, investor disarankan bersabar dulu dan menunggu sinyal konfirmasi pembalikan arah tren,” katanya.
Dengan kondisi fundamental yang masih tertekan serta teknikal yang belum stabil, para analis sepakat bahwa saham SRAJ belum layak untuk agresif dikoleksi. Investor disarankan mencermati strategi efisiensi dan langkah restrukturisasi yang diambil manajemen sebagai acuan arah kinerja ke depan.
Saham Big Banks Kompak Melemah, BBNI Catat Penurunan Terdalam pada 10 November 2025