KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Upaya strategis restrukturisasi dan divestasi aset yang gencar dilakukan oleh PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kini mulai membuahkan hasil positif yang signifikan. Langkah fundamental ini diakui sebagai strategi krusial untuk membenahi struktur keuangan dan memulihkan kinerja bisnis perseroan yang sempat tertekan oleh beban utang dan bunga yang tinggi.
Analisis mendalam dari Analis Riset Ekuitas Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menyoroti bahwa penjualan aset non-inti (non-core) serta efisiensi keuangan yang diimplementasikan oleh manajemen merupakan langkah yang sangat realistis di tengah kondisi tekanan likuiditas. “Restrukturisasi dan divestasi ini esensial untuk memperkuat posisi kas perusahaan dan menurunkan tingkat leverage. Dampak positifnya telah mulai terlihat jelas dari penurunan beban keuangan dan mengecilnya kerugian yang ditanggung,” terang Alrich kepada Kontan, pada Jumat (7/11/2025).
Kinerja PT Kimia Farma Tbk (KAEF) Menunjukkan Perbaikan Signifikan dengan Pemangkasan Beban Usaha dan HPP per Kuartal III-2025. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis per September 2025, beban keuangan KAEF berhasil ditekan menjadi Rp 364,8 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan Rp 442,4 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Kerugian bersih perusahaan juga mengalami penyusutan tajam hingga 57,39%, menjadi Rp 234,1 miliar, dari sebelumnya rugi Rp 550,8 miliar pada sembilan bulan pertama tahun 2024. Alrich mengamati bahwa tren perbaikan ini sangat jelas terlihat, meskipun profitabilitas penuh belum sepenuhnya pulih.
Dari sisi operasional, KAEF mencatat penjualan bersih sekitar Rp 7 triliun, diiringi peningkatan margin kotor menjadi 34,9% dari sebelumnya 32,2%. Penurunan signifikan pada beban pokok penjualan (HPP) menjadi indikator kuat bahwa efisiensi dalam proses produksi dan distribusi mulai menunjukkan hasil yang memuaskan. Jika momentum efisiensi dan restrukturisasi ini dapat terus dipertahankan, Alrich memperkirakan kerugian KAEF bisa ditekan di bawah Rp 200 miliar pada akhir tahun 2025, bahkan berpotensi untuk berbalik mencetak laba positif pada tahun 2026.
Lebih lanjut, prospek pertumbuhan Kimia Farma di tahun mendatang berpeluang lebih kuat seiring dengan penurunan leverage pasca-divestasi aset. Faktor pendorong lainnya adalah peningkatan permintaan obat generik yang didorong oleh program kesehatan pemerintah, serta sinergi yang makin erat dengan Bio Farma Group sebagai induk holding BUMN farmasi. “Melalui langkah-langkah ini, KAEF dapat lebih memfokuskan diri pada lini bisnis utama seperti obat generik dan distribusi kesehatan yang dikenal memiliki margin keuntungan yang lebih baik,” imbuh Alrich.
Kendati demikian, Alrich juga mengingatkan bahwa masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi, terutama dalam efisiensi rantai pasok dan pengelolaan modal kerja. “Kelebihan utama KAEF terletak pada jaringan distribusi nasional yang sangat luas serta sinergi yang kuat antar-BUMN. Namun, produktivitas aset perusahaan perlu terus ditingkatkan agar kinerja dapat mencapai tingkat optimal,” ujarnya.
Rekomendasi Saham Kimia Farma (KAEF) di Tengah Rencana Restrukturisasi Utang dan Potensi Re-rating di Pasar Modal. Dari perspektif pasar modal, saham KAEF dinilai berpotensi mengalami re-rating dalam jangka menengah apabila keberhasilan restrukturisasi mampu menekan beban bunga dan kerugian bersih secara substansial. “Tren penurunan rugi dari Rp 550 miliar menjadi Rp 234 miliar menunjukkan arah yang sangat positif. Apabila laporan keuangan tahun 2025 terus membaik, sahamnya berpeluang besar untuk kembali menarik perhatian investor,” tegas Alrich.
Alrich memberikan rekomendasi spekulatif buy untuk saham KAEF, dengan proyeksi target harga konservatif di kisaran Rp 650 – Rp 700 per saham. Namun, untuk mencapai valuasi yang lebih tinggi, yakni di atas Rp 1.000 per saham, perusahaan harus mampu mencatat laba positif dan arus kas operasi yang stabil secara konsisten pada tahun 2026.