Mengukur Minat Investor Serap Saham IPO Akhir Tahun, Ada 13 Calon Emiten di Pipeline BEI

Ussindonesia.co.id , JAKARTA — Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa masih ada 13 perusahaan yang masuk ke dalam pipeline penawaran saham perdana ke publik (initial public offering/IPO). Ke-13 perusahaan itu akan menyusul sejumlah emiten baru yang telah melantai di Bursa tahun ini seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA).

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan saat ini terdapat 13 perusahaan dalam pipeline IPO. Secara rinci, ke-13 perusahaan yang ada dalam pipeline itu terdiri dari 2 perusahaan dengan aset skala kecil, 6 perusahaan aset skala menengah, dan 5 perusahaan aset skala besar.

Apabila dilihat dari komposisi pipeline IPO, hanya dua perusahaan yang menggunakan laporan keuangan per Juli 2025. Sementara, sisanya menggunakan laporan keuangan di semester I/2025.

“Maka mayoritas calon perusahaan tercatat yang berada dalam pipeline saat ini diperkirakan melaksanakan pencatatan sahamnya pada 2025 dengan catatan tidak terdapat concern terkait penawaran umum,” kata Nyoman dalam jawaban tertulis pada Jumat (24/10/2025).

: IHSG Sepekan Naik 4,50% ke 8.271, Kapitalisasi Pasar Bursa Tembus Rp15.234 Triliun

Pencatatan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI mempertimbangkan perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam review evaluator BEI dan OJK. Saat ini tidak terdapat calon perusahaan tercatat yang menggunakan laporan keuangan per September 2025.

Dia mengatakan BEI senantiasa melakukan evaluasi pencatatan perusahaan tidak hanya dari sisi pemenuhan persyaratan pencatatan namun juga dari sisi kinerja perusahaan secara komprehensif. Tujuannya, guna memastikan perusahaan yang tercatat memiliki kualitas yang baik.

“Tentunya kami berharap perusahaan-perusahaan yang saat ini berada di pipeline pencatatan saham dapat memenuhi hal tersebut sehingga dapat memenuhi ekspektasi para pemangku kepentingan dan meramaikan pencatatan perdana saham pada sisa akhir tahun 2025 ini,” kata Nyoman.

: PJHB Susul CDIA COIN Cs Melantai di Bursa, Minat Investor di Saham IPO Tinggi?

BEI juga mencatat, telah ada 23 perusahaan yang sudah listing di Bursa sepanjang tahun berjalan 2025, termasuk CDIA, PT Indokripto Koin Semesta Tbk. (COIN) PT Raharja Energi Cepu Tbk. (RATU), serta PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS).  

Deretan saham IPO pada 2025 itu mencatatkan kinerja harga yang moncer. Harga saham CDIA misalnya telah menanjak 881,58% sejak IPO pada Juni 2025.

Harga saham COIN bahkan terbang 2.810% sejak IPO. RATU mencatatkan kenaikan harga saham 597,83% sejak IPO, serta EMAS yang baru IPO bulan lalu mencatatkan harga saham yang melonjak 49,31%.

Selera Investor

Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi mengatakan permintaan pasar atas saham IPO masih tinggi. Sentimen yang akan memengaruhi permintaan IPO antara lain arah BI rate, pergerakan IHSG menjelang akhir tahun, dan sukses IPO sebelumnya. 

“Apabila kondisi makro stabil dan likuiditas pasar tetap baik, IPO akhir tahun ini kemungkinan masih ramai diminati,” kata Wafi kepada Bisnis pada Rabu (22/10/2025).

Sementara, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto mengatakan mengacu lonjakan harga saham emiten baru IPO yang telah terjadi, terdapat kecenderungan investor akan menilai kekuatan dari konglomerasi atau pengendali di balik emiten baru IPO. 

: BEI Kantongi 13 Calon Perusahaan Tercatat Antre di Pipeline IPO

Sejumlah saham IPO tahun ini memang merupakan bagian dari konglomerasi besar. Saham CDIA misalnya merupakan afiliasi dari konglomerasi taipan Prajogo Pangestu. Lalu, RATU merupakan besutan taipan Happy Hapsoro. 

“Jadi orang kembali lagi lihat pemiliknya, karena nanti ketahuan grup-grup yang mempertahankan harga. Lihat siapa di balik perusahaan IPO,” kata Rully pada beberapa waktu lalu.

Associate Director Pilarmas Investindo Maximilianus Nicodemus mengatakan lonjakan harga saham COIN, CDIA, hingga RATU setelah penawaran saham perdana ke publik atau IPO didorong oleh narasi yang dibangun oleh emiten kepada pelaku pasar. Lalu, fundamental pun dinilai penting. Pasar akan menilai kinerja bisnis, valuasi, serta kinerja secara sektoral.

“Kemudian, ada ekspetasi terhadap saham baru. Karena kalau bicara narasi yang dibangun kuat, fundamental mendukung, otomatis ekspektasi tinggi. Misal CDIA semuanya kuat,” ujar Nico kepada Bisnis pada beberapa waktu lalu. 

Selain itu, terdapat dukungan dari sosok di belakang emiten tersebut, seperti konglomerat atau entitas induk yang kuat.

Adapun, ke depan setidaknya sampai akhir tahun ini dia menilai saham CDIA, RATU, dan lainnya masih mempunyai potensi penguatan. Namun, harus diimbangi valuasi di masa mendatang. 

“Kalau sektornya bagus, bisnisnya bagus, apalagi unik. Kemudian findamentalnya mesti dilihat. Kalau jangka pendek saat ini memang sudah mahal. Tapi kalau jangka panjang fundamental masih meyakinkan bisa saja masih ada penguatan,” ujar Nicodemus.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.