Kepolisian Republik Indonesia telah mengonfirmasi bahwa dua kerangka manusia yang ditemukan di reruntuhan kantor Astra Credit Companies (ACC) Kwitang, Jakarta Pusat, merupakan jenazah M Farhan Hamid dan Reno Syahputra Dewo. Kedua pemuda ini dilaporkan hilang sejak demonstrasi berujung ricuh pada akhir Agustus lalu, mengakhiri dua bulan ketidakpastian yang menyelimuti keluarga mereka dengan kenyataan pahit.
Kabar pilu ini sontak menciptakan duka mendalam bagi keluarga korban. Adin, perwakilan keluarga Farhan, mengungkapkan betapa terpukulnya mereka atas temuan tersebut. “Biarkan kami melewati duka ini karena perjalanannya sangat panjang. Dua bulan kami terombang-ambing, dan hasil akhirnya ternyata, ada kerangka. Itu menyakitkan,” ujar Adin dalam konferensi pers di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (7/11). Senada, Dani Aji yang mewakili keluarga Reno, menyampaikan keterkejutan dan rasa syok. Dengan keluarga Reno yang berdomisili di Surabaya, mereka masih bergumul dengan kesedihan dan belum dapat memutuskan langkah selanjutnya.
Namun, di tengah kesedihan, sejumlah pertanyaan dan kejanggalan justru disoroti oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan atau KontraS. Koordinator KontraS, Dimas Bagus Arya, mengungkapkan bahwa pihaknya menemukan beberapa poin yang memerlukan pendalaman lebih lanjut terkait klaim kepolisian. Hal ini memicu tanda tanya besar mengenai proses investigasi dan identifikasi yang dilakukan oleh pihak berwajib.
Salah satu poin yang dipertanyakan adalah klaim polisi bahwa Farhan sempat menggadaikan ponsel beserta kartu SIM-nya. KontraS menyoroti ketiadaan pernyataan resmi mengenai apakah ada identifikasi terkait peretasan akun media sosial milik Farhan. Lebih lanjut, KontraS juga mempertanyakan kecepatan Polda Metro Jaya dalam mengklasifikasikan dua kerangka yang ditemukan di Gedung ACC pada 30 Oktober itu secara langsung sebagai milik Reno dan Farhan. “Kami saat itu bertanya, kenapa langsung jump into conclusion atau langsung menuju pada kesimpulan bahwa dua kerangka yang ditemukan di gedung ACC Kwitang itu kerangkanya Farhan dan Reno?” ujar Dimas, mengingat KontraS selama dua bulan sebelumnya terus mendesak kepolisian untuk memberikan pembaruan berkala kepada keluarga.
Selain itu, kondisi fisik Gedung ACC pasca-kebakaran juga menjadi sorotan. Dimas menyoroti bahwa struktur bangunan masih terlihat utuh dan tidak rata runtuh, kontras dengan pernyataan polisi yang menyebutkan kerangka baru mengeluarkan bau tak sedap hampir satu bulan setelah insiden kebakaran. Kejanggalan-kejanggalan ini, menurut KontraS, perlu penjelasan lebih lanjut dari kepolisian. Setelah keluarga menerima kerangka dari pihak kepolisian, KontraS berencana untuk berkonsultasi dengan mereka guna menanyakan hal-hal yang masih mengganjal sebelum menentukan langkah hukum atau tindakan lebih lanjut.
Kendati demikian, Kepolisian bersikukuh dengan hasil identifikasi mereka. Karo Labdokkes Polri Brigjen Sumy Hastry Purwanti dalam konferensi pers yang sama, menegaskan bahwa dua kerangka manusia tersebut identik dengan Reno Syahputra Dewo dan Muhammad Farhan Hamid. “Nomor posmortem 0080 cocok dengan antemortem 002 sehingga teridentifikasi sebagai Reno Syahputeradewo anak biologis dari Bapak Muhammad Yasin,” jelas Sumy. Ia menambahkan, “Nomor posmortem 0081 cocok dengan antemortem 001 sehingga teridentifikasi sebagai Muhammad Farhan Hamid anak biologis dari Bapak Hamidi.” Proses identifikasi ini, menurutnya, didasarkan pada hasil identifikasi primer pada gigi dan tulang, serta kecocokan dengan data antemortem atau rekam kesehatan sebelum kematian korban.