Rekomendasi Saham Infrastruktur: Prospek Melesat, Beli Sekarang?

Ussindonesia.co.id JAKARTA. Saham emiten sektor infrastruktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan kinerja yang memukau, bahkan mencatat pergerakan indeks tertinggi kedua sejak awal tahun 2025. Indeks IDX Infrastructure (IDXINFRA) melonjak signifikan sebesar 32,34% secara year to date (YTD) per 13 Agustus 2025. Capaian ini menempatkan IDXINFRA persis di belakang IDX Technology yang telah terbang hingga ratusan persen, sekaligus melampaui performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tumbuh 11,48% YTD.

Penguatan impresif IDXINFRA ini tidak lepas dari berbagai faktor pendorong. Menurut Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, salah satu kontributor utamanya adalah masuknya saham baru seperti PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) yang baru melantai di BEI. Selain itu, sentimen positif juga datang dari penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) dan ekspektasi akan adanya pemangkasan Fed Rate lebih lanjut. Kebijakan moneter yang lebih longgar ini diyakini mampu meringankan beban bunga emiten infrastruktur, sehingga berpotensi memperbaiki margin keuntungan mereka.

Sektor telekomunikasi dan menara menjadi tulang punggung utama penggerak kinerja IDXINFRA. Emiten-emiten terkemuka seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) memberikan kontribusi besar terhadap lonjakan indeks. Tak hanya itu, saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) turut menunjukkan performa yang solid. Pergerakan saham JSMR selaras dengan stabilitas pendapatan dan margin yang dicapai pada semester I. Sementara itu, sentimen positif untuk PGEO didorong oleh partisipasi Danantara dalam proyek percepatan panas bumi, sebagaimana diungkapkan Sukarno kepada Kontan pada Rabu (13/8).

Senada dengan pandangan tersebut, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan, menggarisbawahi sektor telekomunikasi dan energi terbarukan sebagai motor utama IDXINFRA. Saham-saham telco seperti TLKM, ISAT, dan EXCL menikmati dorongan dari narasi pertumbuhan kinerja di masa depan serta valuasi yang dinilai relatif murah. Di segmen energi terbarukan, PGEO dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) meraih sentimen positif berkat kebijakan pemerintah yang mendukung transisi energi bersih. Ekky menambahkan bahwa kenaikan saham konstituen IDXINFRA lebih banyak dipicu oleh ekspektasi pertumbuhan dan katalis korporasi, bukan semata-mata performa semester I yang mungkin bervariasi.

Secara khusus, faktor pendorong untuk TLKM meliputi langkah efisiensi melalui streamlining bisnis, rencana monetisasi pusat data (data center), serta pengembangan inisiatif kecerdasan buatan (AI). Tidak mengherankan, TLKM menjadi emiten yang paling banyak dibeli oleh investor asing di BEI pada perdagangan hari itu (13/8), dengan nilai pembelian bersih mencapai Rp 722,5 miliar, menegaskan kepercayaan investor terhadap prospek perusahaan telekomunikasi raksasa ini.

Prospek Kinerja dan Rekomendasi Saham

Meskipun kinerja keuangan dan saham sebagian emiten sempat melambat pada semester I 2025, potensi pemulihan yang signifikan terlihat pada paruh kedua tahun ini. Sukarno Alatas meyakini, prospek konstituen IDXINFRA di semester II masih sangat positif seiring dengan tren transisi menuju pola uptrend pergerakan pasar saham secara keseluruhan dan potensi aliran masuk dana asing yang berlanjut. Berbagai sentimen positif yang diperkirakan akan menggerakkan sektor infrastruktur meliputi penurunan suku bunga lanjutan, pertumbuhan trafik data yang stabil, implementasi jaringan 5G (5G rollout), peningkatan lalu lintas tol, serta percepatan proyek strategis nasional (PSN).

Namun, Sukarno juga mengingatkan akan beberapa sentimen negatif yang perlu diwaspadai, seperti risiko pelemahan nilai tukar rupiah, potensi keterlambatan proyek-proyek besar, serta kompetisi tarif di sektor telekomunikasi yang dapat menekan margin keuntungan. Meskipun demikian, emiten telekomunikasi dan menara seperti TLKM, TOWR, dan MTEL diproyeksikan tetap menjadi jawara potensial karena karakter bisnisnya yang lebih stabil. Sementara itu, sektor transportasi dan energi infrastruktur, seperti JSMR dan PGEO, memiliki peluang untuk mengambil porsi keuntungan yang lebih besar jika proyek-proyek PSN skala besar mulai memasuki tahap konstruksi pada semester II.

Berdasarkan analisis tersebut, Sukarno merekomendasikan beli untuk saham JSMR dengan target harga Rp 5.500 per saham, TOWR dengan target harga Rp 730 per saham, dan PGEO dengan target harga Rp 1.855 per saham. Untuk saham MTEL, rekomendasi yang diberikan adalah hold dengan target harga Rp 690 per saham. Ekky Topan juga sependapat bahwa peluang kenaikan IDXINFRA pada semester II masih terbuka lebar, didukung oleh kembalinya dana asing dan adanya katalis perubahan kinerja di masing-masing emiten. Emiten telco, menurutnya, berpotensi menjadi pemimpin sektor infrastruktur di paruh kedua 2025, terutama jika aliran dana asing (net buy) berlanjut dan eksekusi aksi korporasi berjalan sukses.

Ekky merekomendasikan agar TLKM layak dikoleksi saat terjadi retracement, dengan melihat target harga jangka panjang di kisaran Rp 4.000 per saham. Menambahkan perspektif, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, mengamati pergerakan saham JSMR pada level support Rp 3.590 per saham dan resistance Rp 3.710 per saham. Herditya merekomendasikan speculative buy untuk JSMR, dengan target harga antara Rp 3.750 hingga Rp 3.820 per saham.

Ringkasan

Indeks IDX Infrastructure (IDXINFRA) mencatatkan kinerja impresif dengan kenaikan 32,34% YTD, didorong oleh sektor telekomunikasi, menara, dan energi terbarukan. Faktor pendorongnya antara lain masuknya saham baru, penurunan suku bunga BI, ekspektasi pemangkasan Fed Rate, serta kebijakan pemerintah yang mendukung transisi energi bersih. Saham-saham seperti TLKM, ISAT, EXCL, TOWR, MTEL, JSMR, dan PGEO menjadi kontributor utama penguatan indeks.

Prospek IDXINFRA di semester II 2025 dinilai positif dengan potensi uptrend pasar saham dan aliran dana asing. Sukarno Alatas merekomendasikan beli untuk JSMR (target Rp 5.500), TOWR (target Rp 730), dan PGEO (target Rp 1.855), serta hold untuk MTEL (target Rp 690). Ekky Topan melihat TLKM layak dikoleksi saat retracement dengan target jangka panjang Rp 4.000, sementara Herditya Wicaksana merekomendasikan speculative buy untuk JSMR dengan target Rp 3.750-Rp 3.820.