Ussindonesia.co.id JAKARTA. Harga emas dunia berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru pada perdagangan Senin (8/9), melampaui level krusial US$ 3.600 per ounce. Lonjakan signifikan ini didorong oleh meningkatnya antisipasi pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) dalam waktu dekat, sebuah respons terhadap sinyal pelemahan data tenaga kerja AS.
Menurut laporan dari Trading Economics, pasar tenaga kerja AS menunjukkan tanda-tanda perlambatan yang jelas. Data ketenagakerjaan pada Agustus mengungkapkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih rendah dari perkiraan, diiringi oleh kenaikan tingkat pengangguran ke level tertinggi sejak 2021. Kondisi ini memperkuat keyakinan bahwa tekanan inflasi mungkin mereda, membuka jalan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Kini, antisipasi pasar sangat tinggi, dengan sekitar 90% pelaku pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan berikutnya. Selain itu, perhatian investor akan beralih ke rilis data penting lainnya pekan ini, yaitu Producer Price Index (PPI) dan Consumer Price Index (CPI) AS. Kedua indikator ini sangat dinantikan karena berpotensi memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek kebijakan moneter The Fed.
Pasar Respons Negatif Reshuffle Menteri, IHSG Ambles 1,28% pada Hari Ini (8/9)
Di samping ekspektasi terhadap pergerakan suku bunga The Fed, peningkatan permintaan terhadap emas juga didorong oleh strategi diversifikasi aset global. Bank Sentral Tiongkok (PBoC), misalnya, telah secara konsisten menambah cadangan emasnya selama sepuluh bulan berturut-turut hingga Agustus, sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2025, harga emas telah menunjukkan kinerja yang luar biasa dengan kenaikan mencapai 37%. Kenaikan substansial ini ditopang oleh beberapa faktor fundamental: pelemahan nilai dolar AS, tren pelonggaran kebijakan moneter global, aktivitas pembelian emas yang stabil oleh bank sentral di berbagai negara, serta tingginya tingkat ketidakpastian geopolitik dan ekonomi yang mendorong investor mencari aset ‘safe haven’.
Saham Tambang Emas Menghijau, ANTM Pimpin Kenaikan
Gelombang reli harga emas dunia turut menciptakan sentimen positif di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada penutupan perdagangan Senin (8/9), mayoritas saham-saham tambang emas menunjukkan performa mengesankan dengan bergerak di zona hijau. Kenaikan harga emas ini secara langsung memberikan dorongan signifikan bagi emiten-emiten yang bergerak di sektor pertambangan logam mulia.
Di antara emiten yang melonjak, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tampil sebagai pemimpin dengan membukukan kenaikan harga tertinggi. Sementara itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kenaikan paling moderat. Uniknya, di tengah euforia kenaikan, hanya PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang bergerak melemah, menjadi satu-satunya saham yang tidak sejalan dengan tren positif sektor ini.
Berikut adalah ringkasan pergerakan harga saham emiten tambang emas hingga pukul 16:00 WIB:
-
ANTM ditutup menguat signifikan di harga Rp 3.610, melonjak 6,49% dari penutupan hari sebelumnya, setelah sempat mencapai titik tertinggi Rp 3.710.
ANTM Chart by TradingView
-
MDKA bergerak tipis di Rp 2.640, naik 0,76%, meskipun sempat menyentuh level Rp 2.740.
-
BRMS menguat ke Rp 505, mencatatkan kenaikan 2,23% dibandingkan penutupan sebelumnya.
-
PSAB ditutup pada harga Rp 585, meningkat 3,54%.
-
ARCI membukukan kenaikan ke Rp 890, dengan apresiasi sebesar 4,71%.
-
UNTR ditutup di level Rp 26.450, naik 4,34%, setelah sebelumnya sempat menyentuh Rp 27.000.
-
MEDC menjadi pengecualian dengan melemah ke Rp 1.215, turun 2,80%, meskipun sempat mencapai Rp 1.255.
Dengan reli harga emas yang terus menembus rekor, sentimen positif pada saham-saham sektor tambang, terutama emiten emas dan mineral, diperkirakan akan tetap terjaga. Namun, para investor diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi volatilitas. Pasalnya, harga emas sangat sensitif terhadap dinamika data ekonomi AS dan setiap perubahan dalam arah kebijakan suku bunga The Fed, yang dapat memicu fluktuasi pasar yang signifikan.
Ringkasan
Harga emas dunia mencetak rekor tertinggi baru, melampaui US$ 3.600 per ounce, didorong ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed akibat data tenaga kerja AS yang melemah. Bank sentral Tiongkok juga terus menambah cadangan emasnya. Kenaikan harga emas ini berdampak positif pada saham-saham tambang emas di BEI, dengan ANTM memimpin kenaikan.
Mayoritas saham tambang emas seperti ANTM, MDKA, BRMS, PSAB, ARCI, dan UNTR mengalami kenaikan. Investor diimbau untuk tetap waspada terhadap volatilitas, karena harga emas sangat sensitif terhadap data ekonomi AS dan perubahan kebijakan suku bunga The Fed.