KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) berhasil membukukan realisasi penjualan produk emas, baik emas batangan maupun perhiasan, mencapai 8,8 ton pada semester I 2025. Pencapaian impresif ini didorong oleh sinergi yang kuat dalam ekosistem bank emas atau bullion bank.
Investor Relation Manager HRTA, Catherina Vincentia, menjelaskan bahwa dominasi penjualan dipegang oleh emas batangan sebesar 92%, sementara perhiasan menyumbang 8% sisanya. Kenaikan signifikan ini sejalan dengan peningkatan kapasitas alat refinery atau pemurnian HRTA, yang sebelumnya 12 ton kini mencapai 16 ton, dengan kapasitas maksimal terpasang 18 ton di semester I 2025. Lebih lanjut, Catherina memaparkan dalam paparan publik secara daring pada Senin (8/9/2025), “Ada arahan dari manajemen sendiri, kami bisa tingkatkan kapasitas refinery kami itu full dari 18 ton menjadi 30 ton di akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026.”
Thendra Crisnanda, Director Investor Relations HRTA, menambahkan bahwa ekosistem bullion bank merupakan kontributor utama terhadap lonjakan penjualan produk HRTA di semester I. Di Indonesia, pemegang lisensi bullion bank saat ini adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Pegadaian. Thendra mengungkapkan bahwa HRTA telah memenuhi sekitar 20% dari total kebutuhan pasokan emas kedua bullion bank tersebut. Prospek ke depan, Thendra optimis bahwa ekosistem ini akan terus menjadi penopang utama penjualan produk HRTA, dengan estimasi kontribusi 50%-60% terhadap total pendapatan konsolidasian HRTA pada akhir tahun 2025.
Pendapatan Hartadinata Abadi (HRTA) Melesat 82,6% pada Semester I-2025
Atas dasar pencapaian positif ini, HRTA menargetkan total penjualan emas mencapai 17 hingga 18 ton hingga akhir tahun 2025, merefleksikan pertumbuhan 20%-30% secara tahunan (year on year/YoY). Untuk mewujudkan target ambisius ini, HRTA memfokuskan strategi pada penguatan pasar domestik melalui pendorongan penjualan di segmen ritel. Di penghujung tahun, HRTA juga akan merampungkan sertifikasi London Bullion Market Association (LBMA) untuk fasilitas pemurnian emasnya, sekaligus bersiap mengoperasikan pabrik terintegrasi (integrated factory) untuk produksi emas batangan maupun perhiasan yang ditaksir akan mulai beroperasi pada Oktober tahun ini.
Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Emas Melonjak di Semester II-2025
Selain itu, HRTA juga secara agresif mengejar target pembukaan toko baru sebanyak 100 unit dan 125 unit gadai pada tahun ini. Hingga semester I 2025, HRTA telah berhasil menambah 93 toko baru dan 114 unit gadai. Ekspansi geografis pun dilakukan, dengan memperluas jangkauan wilayah toko dan unit gadainya hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Dari berbagai upaya strategis tersebut, HRTA sukses mencatatkan pendapatan sebesar Rp 15,05 triliun di semester I 2025, melesat 82,6% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp 8,24 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih tahun berjalan perusahaan juga tumbuh solid sebesar 69,5% YoY, mencapai Rp 348,9 miliar dari Rp 205,8 miliar.
Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, memandang prospek HRTA sangat positif. Katalis utamanya adalah harga emas global yang masih kuat, ditambah kolaborasi strategis HRTA dengan dua bullion bank. “Selain itu, HRTA telah menandatangani perjanjian pengadaan emas dengan sumber tambang, yang memberikan fleksibilitas pasokan dan potensi peningkatan margin di masa mendatang,” jelas Ekky kepada Kontan, Senin (8/9/2025). Senada, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi berpendapat bahwa pergeseran preferensi konsumen emas dari perhiasan ke emas batangan pasca pandemi turut mendorong pertumbuhan penjualan emas batangan HRTA, membuka peluang HRTA untuk memperluas pangsa pasarnya ke depan.
Hartadinata Abadi (HRTA) Yakin Penjualan Emas Tumbuh Dobel Digit di Semester II-2025
Meskipun demikian, Ekky juga menyoroti risiko yang membayangi bisnis HRTA, seperti kenaikan biaya bahan baku, termasuk royalti dan pajak, atau penurunan harga emas global. Faktor-faktor tersebut, menurutnya, dapat langsung berdampak pada margin keuntungan perusahaan yang cenderung tipis. Untuk strategi investasi, Ekky merekomendasikan “trading buy” atau membeli saham HRTA saat terjadi koreksi harga. “Jika momentum penguatan harga emas berlanjut, saham ini berpotensi menguji target harga jangka panjang di kisaran Rp 1.070,” imbuh Ekky. Sementara itu, rekomendasi Wafi adalah “hold” saham HRTA dengan target Rp 750 per saham.
HRTA Jalin Kerja Sama dengan Sumbawa Jutaraya, Perkuat Posisi di Pasar Emas
Ringkasan
PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) mencatatkan penjualan emas yang positif pada semester I 2025, mencapai 8,8 ton, didorong oleh ekosistem bank emas (bullion bank). Penjualan didominasi oleh emas batangan sebesar 92%, seiring dengan peningkatan kapasitas pemurnian emas (refinery). HRTA menargetkan peningkatan kapasitas refinery menjadi 30 ton di akhir tahun 2025 atau awal tahun 2026 dan menargetkan total penjualan emas 17-18 ton di akhir tahun.
Ekosistem bullion bank, dengan kontributor utama dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Pegadaian, menjadi faktor kunci peningkatan penjualan. HRTA menargetkan kontribusi dari ekosistem ini mencapai 50%-60% terhadap total pendapatan konsolidasian di akhir tahun 2025. Analis merekomendasikan “trading buy” atau “hold” saham HRTA, mempertimbangkan harga emas global yang kuat dan kolaborasi strategis, meskipun risiko kenaikan biaya bahan baku dan fluktuasi harga emas tetap perlu diperhatikan.